Hama Kumbang
Janur Kelapa dan Kumbang bibit Kelapa (Brontispa
longissima dan Plesispa reichei)
sudah lama berstatus sebagai organisme pengganggu tumbuhan (OPT) penting di
provinsi Kalimantan Barat. Kerusakan tanaman kelapa oleh hama ini terjadi sejak
dari mulai pembibitan hingga tanaman dewasa dan menimbulkan kerugian yang cukup
besar. Kerugian hasil akibat serangan kumbang ini ditaksir mencapai 57,591.203,8
rupiah dengan luas kerusakan kebun mencapai 2456 hektar di 7 kabupaten di
provinsi Kalimantan Barat.
Sejak tahun
2011, BPTP Pontianak melakukan terobosan untuk mulai melakukan pengendalian
hayati kumbang janur kelapa ini dengan mengkombinasikan 3 tehnik pengendalian
yaitu penggunaan agens hayati entomopatogen Metarhizium sp dan parasitoid pupa Tetrastichus brontispae serta
pengendalian secara mekanis.
Pengendalian
hayati baik menggunakan predator, parasitoid maupun jamur entomopatogen
berpotensi besar untuk dilakukan pada tanaman perkebunan mengingat
karakteristik perkebunan yang relatif rata-rata berukuran lahan luas, serta
tanaman-tanaman yang tinggi cukup sulit bila dilakukan pengendalian non hayati
karena membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga yang besar. Pengendalian secara
hayati adalah salah satu solusi untuk mengatasi kendala-kendala tersebut karena
cukup mudah dilakukan, berjangka panjang dan tentu saja tidak menimbulkan efek
yang membahayakan baik terhadap jasad hidup lainnya, manusia maupun lingkungan.
Pengembangan
parasitoid Tetrastichus brontispae sudah
lama digunakan untuk wilayah lain di Indonesia. Sejak diteliti oleh Leefman
pada tahun 1920, parasitoid ini dikenal paling efektif untuk mengendalikan
kumbang janur kelapa. Di Sulawesi introduksi penggunaan parasitoid ini telah
dilakukan pada tahun 1932 dimana selama 3 tahun telah dikirim sebanyak 37,500
pupa terparasit dari Bogor ke Makasar dan telah didirikan pula 10 pusat
perbanyakan massal parasitoid di Sulawesi Selatan untuk disebarkan di berbagai
daerah di Sulawesi pada tahun 1937-1940-an (Rethinam, P And S.P. Singh. 2007).
Di
Kalimantan Barat sendiri telah diketahui adanya parasitoid Tetrastichus brontispae dan mulai tahun 2011 hingga saat ini telah
dilakukan perbanyakan massal parasitoid T. Brontispae untuk digunakan
dalam program pengendalian hayati Kumbang Janur Kelapa baik dalam bentuk
kerjasama pengendalian dengan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat,
maupun kegiatan BPTP Pontianak sendiri yang berbentuk Demplot, Uji Pengendalian
maupun bantuan pengendalian berupa pelepasan parasitoid di tingkat petani.
Pengembangan tehnik eksplorasi, perbanyakan, pelepasan di lapangan serta
evaluasinya perlu diperbanyak sehingga pemantapan pengendalian hayati
menggunakan parasitoid Tetrastichus
brontispae dapat cepat diimplementasikan di provinsi Kalimantan Barat.
Pada Tahun Anggaran 2015,
BPTP Pontianak telah melakukan kegiatan perbanyakan massal parasitoid Tetrastichus
brontispae sebanyak 900 pupa terparasit yang didistribusikan ke Pusat Studi Pengelolaan Sumber Daya Hayati Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sesuai permintaan yaitu
sebanyak 100 koker (atau 500 pupa terparasit) dan sisanya yaitu sebanyak 80
koker (atau 400 pupa terparasit) digunakan untuk dilepaskan untuk pengendalian
di tingkat petani kelapa di wilayah Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah
provinsi Kalimantan Barat.
Tahap pelaksanaan kegiatan
perbanyakan adalah sebagai berikut :
Eksplorasi Parasitoid Kumbang Janur Kelapa
Sebagai
langkah awal kegiatan perlu disediakan parasitoid T. brontispae. Untuk memperoleh parasitoid dari kumbang janur
kelapa maka perlu dilakukan eksplorasi dan koleksi stadia kumbang janur kelapa
dari lokasi kebun kelapa yang terserang oleh kumbang janur kelapa. Eksplorasi
parasitoid telah dilakukan di beberapa tempat dengan hasil sebagai berikut:
Tanggal
|
Lokasi
|
04 Juni 2015
|
Sungai Raya
|
10 Juni 2015
|
Sungai Kakap
|
17 Juni 2015
|
Sungai Kakap
|
25 Juni 2015
|
Sungai Kakap
|
01 Juli 2015
|
Sungai Kakap
|
08 Juli 2015
|
Siantan (PT. MAS)
|
30 Juli 2015
|
Sungai Duri
|
Langkah
Kegiatan Dalam Eksplorasi Parasitoid adalah sebagai berikut:
Ambil
janur kelapa yang terserang oleh kumbang janur dengan cara
a) Ikat
janur kelapa pada 2 tempat yaitu bagian atas dan tengah janur sebelum dipotong
agar ketika memotong janur kelapa, stadia kumbang tidak jatuh ke tanah
b) lakukan
pemotongan dengan hati-hati
c) janur
yang sudah dipotong kemudian dimasukkan ke dalam kain/kantong kasa/karung dan
selanjutnya dibawa ke laboratorium
d) Lakukan
pemisahan antara pupa yang sehat dengan pupa terparasit. Pupa terinfeksi dibedakan dari pupa sehat dengan tanda-tanda
sebagai berikut: pupa yang terinfeksi akan menjadi tegang
(lurus) dan tidak bergerak, warna pupa kecoklatan (coklat tua),
dan ukuran pupa membengkak (lebih besar dari ukuran pupa yang sehat).
Gambar : Kegiatan Eksplorasi
dan Pengambilan Starter Parasitoid dan Inang
Perbanyakan Parasitoid Tetrastichus
brontispae di laboratorium
Selanjutnya
tahap kegiatan perbanyakan parasitoid dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
Pemeliharaan Pupa sehat dan Pemeliharaan parasitoid
Pemeliharaan dan Penyediaan Pupa Sehat
Kegiatan
pemeliharaan pupa sehat ini ini bertujuan untuk menyediakan inang berupa
stadium pupa bagi parasitoid untuk nantinya digunakan dalam pelepasan di
lapangan dan juga untuk kegiatan
pemeliharaan parasitoid selanjutnya.
Langkah
kerjanya adalah sebagai berikut:
a) Stadia
telur, larva dan pupa kumbang kelapa yang diperoleh di lapangan dimasukkan
dengan menggunakan kuas hitam ke dalam wadah toples plastik yang telah berisi
janur segar yang bebas dari pestisida sebagai tempat pemeliharaan
b) Untuk memperoleh hasil yang seragam
nantinya, sebaiknya masing-masing stadium kumbang ditempatkan pada wadah
terpisah.
c) Tutup
kotak plastik dengan kain kasa putih sebagai jalan masuk udara/ventilasi. untuk
menghindari gangguan semut atau binatang lain, tempatkan kotak plastik tersebut
diatas gelas yang dialasi piring kecil yang telah diisi air
d) Setiap dua
hari sekali daun kelapa (pakan) diganti dengan daun baru yaitu dengan cara
memindahkan hama ke wadah baru yang telah dibersihkan dengan tisu dan
diisi dengan daun kelapa baru yang tidak terkena insektisida. Pemindahan
menggunakan kuas halus. Pemeliharaan dilakukan hingga hama mencapai stadium
pupa atau pre-pupa (ditunjukkan dengan bagian kepala telah menjadi hitam).
Pemeliharaan
dan Penyediaan Parasitoid
Individu
parasitoid tidak langsung diperoleh dari lapangan, akan tetapi dalam bentuk
pupa terparasit. Pupa terparasit yang diperoleh selanjutnya dipelihara di
laboratorium hingga muncul parasitoid. Langkah kegiatannya adalah sebagai
berikut:
a) Pisahkan pupa
terparasit yang diperoleh dari lapangan dari pupa sehat
b) masukkan 1-2
pupa terparasit ke dalam tabung reaksi kemudian mulut tabung ditutup dengan
kain kasa
c) tabung berisi
pupa terparasit kemudian dipelihara dengan ditempatkan pada nampan yang
diletakkan diatas gelas yang dialasi piring kecil yang telah berisi air untuk
menghindari gangguan semut dan binatang lain. Tunggu hingga parasitoid menetas
dan keluar dari pupa.
Gambar : Perbanyakan
Parasitoid di Laboratorium
Perbanyakan Parasitoid
dengan Infeksi Pupa Sehat di Laboratorium
Langkah kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk setiap tabung (volume
kurang lebih 130 ml) dimasukkan pupa dan parasit dengan rasio yang telah
ditentukan. Beri makan parasit dengan madu yang telah diencerkan (50%) dengan
cara mengoles pada permukaan kertas lilin secara tipis dan merata
b. Infeksikan parasit selama 48 jam
(2 hari) sesudah itu pupa dipindahkan dalam tabung bersih lainnya. Tabung yang
berisi parasit dapat digunakan lagi untuk menginfeksi pupa yang sehat. Hal ini
dapat dilakukan sampai parasit mati.
c. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk mengetahui daya infeksi parasit dan siklus hidup parasit di laboratorium.
d. Parasit yang baru keluar ditempatkan dalam tabung pipa lain, kemudian ke dalam tabung dimasukkan pupa pupa sehat untuk diinfeksi
Persiapan Pelepasan
Parasitoid di Lapangan
Pelepasan parasitoid
dilakukan dalam bentuk pupa terinfeksi yang dimasukkan ke dalam wadah yang
disebut koker. Setiap koker berisi 5 pupa terparasit dan dosis aplikasi untuk
setiap hektar adalah 5 koker atau 25 pupa terparasit. Koker yang berisi pupa
terparasit diletakkan di dekat janur kelapa yang terserang dengan cara
diikatkan menggunakan tali atau kawat.
Pengiriman parasitoid ke
Yogyakarta, pupa terparasit dimasukkan ke dalam wadah botol kecil bening dengan
tutup drat sebagai ganti wadah koker dan sebanyak 100 botol. Sebelum pengiriman
dilakukan dibuat surat pengantar dan surat jalan dari Karantina Pertanian.
Pengiriman ke Yogyakarta dilakukan dalam dua tahap yaitu pada tanggal 23 dan 20
Agustus 2015 masing-masing sebanyak 50 koker (250 pupa terparasit).
Gambar : Persiapan dan Pelepasan
Parasitoid Tetrastichus brontispae di Lapangan
Kesimpulan
Dari Kegiatan Perbanyakan
Massal Parasitoid Tetrastichus brontispae T. A. 2015 telah berhasil
diperbanyak dan dilepaskan parasitoid sebanyak 900 pupa terparasit dengan
luasan pengendalian sebesar 36 hektar dengan rincian sebanyak 500 pupa terparasit
dikirim ke Yogyakarta dan 400 pupa terparasit dilepaskan di Kalimantan Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar