PENDAHULUAN
Pengendalian
hayati sudah dikenal sebagai metode yang efektif dalam pengendalian hama-hama
penting yang menyerang tanaman kelapa (Sathiamma et al., 2001). Beberapa agens
hayati hama Brontispa longissima sudah dilaporkan seperti Ooencyrtus podontiae
(parasitoid telur), Tetrastichus brontispae (parasitoid larva tua dan pupa)
(Tumewan dan Hosang, 1998), Metarhizium anisopliae (Alouw et al., 1993;
Soekarjoto et al., 1994; Hosang, 1996; Hosang et al., 1996; Hosang et al.,
2005) dan Beauveria bassiana (Hosang et al., 1999). Diantara agens-agens hayati
yang sudah dimanfaatkan dalam pengendalian hayati, agens hayati dari jenis
predator informasinya masih terbatas.
Predator tidak
hanya memangsa satu stadia perkembangan hama namun hampir semua tahap
perkembangan hama seperti larva, pupa dan imago dan dapat memangsa secara
berkelanjutan selama hidupnya. Jadi predator memiliki keunggulan tertentu yakni
tidak membutuhkan sinkronisasi dengan satu tahap rentan dari siklus hidup hama
(Hall dan Ehler (1979) dalam Hagen et al., 1999). Berdasarkan suatu studi
tentang penggunaan predator, 75 % dari hasil–hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa predator umum (general predator) dapat menurunkan populasi
hama secara nyata (Symondson et al., 2002).
Semut dan
cocopet antara lain Celisoches morio dilaporkan bisa memangsa Brontispa
longissima (Waterhouse dan Norris, 1987; Singh dan Rethinam, 2005), namun informasi
tentang ekobiologi predator tersebut masih terbatas. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui tehnik
perbanyakan massal cocopet di laboratorium.
Perbanyakan Cocopet
Menurut Alouw (2007) perbanyakan cocopet Celisoches
morio dapat dimodifikasi
dari metode perbanyakan Euborellia anullipes yang dikembangkan oleh
Morallo-Rejesus dan Punzalan (2002). Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah
campuran pakan ternak anjing buatan dalam bentuk bubuk atau butiran dan tongkol
jagung dengan perbandingan 1:1, pasir dan tanah dengan perbandingan 3:1. Wadah
pemeliharaan berukuran diameter 14,5 cm dan tinggi 8,5 cm (dapat digunakan
berbagai ukuran tergantung kebutuhan) diisi 1/3 volumenya dengan bahan-bahan
tersebut. Sebanyak 150 ekor cocopet yang terdiri atas jantan dan betina dengan
perbandingan 1:3 dapat diisi dalam satu wadah. Imago jantan yang dihasilkan
dari hasil perbanyakan ini digunakan dalam pengujian.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan dilaksanakan di laboratorium Hama BPTP Pontianak sedangkan
pengumpulan predator dilakukan di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Pontianak. kegiatan berlangsung selama 5 bulan sejak bulan Januari sampai Mei 2012.
Studi Pendahuluan perbanyakan massal predator cocopet dilakukan dengan
metode seperti diatas dengan perbedaan berupa pakan makanan predator. Beberapa
pakan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah komposisi
- tanah pasir bubur jagung manis,
- tanah pasir pipilan jagung muda,
- tanah pasir poor ayam,
- tanah pasir kompos sabut kelapa.
- tanah pasir kompos
Untuk menjaga kelembaban udara tetap tinggi maka dalam tabung diletakkan
kertas tisu basah yang selanjutnya dibasahi setiap hari. Dalam wadah perlakuan
juga ditambahkan beberapa serasah daun kelapa kering agar kondisi wadah
mendekati kondisi lapangan. Jumlah predator yang digunakan sebanyak 10 ekor
predator dan dimasukkan ke dalam wadah perlakuan.
HASIL KEGIATAN
Dari kelima komposisi perbanyakan diatas, cocopet dapat bertahan hidup dan
berkembangbiak pada semua komposisi pakan kecuali pada komposisi tanah pasir
kompos dan sabut kelapa. Pada komposisi pakan ini cocopet yang diinfestasikan
tidak dapat hidup. Kompos sabut kelapa diduga tidak cocok untuk makanan
cocopet. Cocopet di kondisi lapangan selain berperan sebagai predator juga
berperan sebagai dekomposer dan memakan bahan-bahan organik seperti kompos,
jagung, sisa sampah dan lain-lain.
Persiapan perbanyakan massal cocopet dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar : persiapan alat dan bahan untuk perbanyakan massal cocopet di
laboratorium.
Serasah daun kelapa kering digunakan dalam perbanyakan ini berdasarkan
pengalaman dan kegiatan pendahuluan bahwa ternyata predator menyukai kondisi
yang agak gelap sehingga biasanya predator di dalam wadah akan banyak
bersembunyi disela-sela serasah daun kelapa. Selain itu daun kelapa kering
tersebut juga digunakan sebagai tempat menyimpan telur cocopet. Sebaiknya
serasa kelapa ini dibasahi setiap 2-3 hari dengan diciprati air bersih.
Gambar : Serasah daun kelapa kering dalam wadah perbanyakan massal. Serasah
daun kelapa ini berfungsi sebagai tempat bersembunyi dan bertelur cocopet
Gambar : Predator cocopet di dalam wadah perbanyakan dengan pakan tanah
pasir dan poor ayam.
Gambar : Telur cocopet
Telur cocopet lebih banyak diletakkan diantara lipatan serasah daun kelapa
dibandingkan diletakkan diatas tanah. Telur diletakkan secara berkelompok dan
biasanya akan dijaga oleh induk betinanya hingga menetas. Telur berwarna putih
transparan. Bila mendapatkan gangguan maka induk betina akan memindahkan
telur-telur tersebut ke tempat yang lebih aman.
Nimfa cocopet terlihat seperti dengan fase dewasanya tetapi berukuran lebih
kecil dan sayapnya. Nimfa berganti kulit beberapa kali. Nimfa banyak bersembunyi di lipatan daun dan
ditanah.
Gambar : nimfa cocopet yang baru menetas
Gambar Fase Nimfa dalam periode perbanyakan banyak bersembunyi di dalam
serasah daun kelapa atau pada pori-pori tanah.
Gambar : Hasil perbanyakan cocopet setelah 2 bulan
PEMBAHASAN
Cocopet dapat diperbanyak menggunakan media campuran tanah dan pasir dengan
perbandingan 1:1. Makanan untuk cocopet dapat menggunakan bahan-bahan organik,
kompos, dan sisa-sisa sampah. Hal ini dikarenakan di kondisi lapangan cocopet
merupakan juga pemakan bahan organik dan sisa sampah. Dalam kegiatan ini jagung
baik dalam bentuk pipilan, bubur jagung manis ataupun poor makanan ayam. Makanan
diganti atau ditambahkan setiap 2-3 hari sekali.
Sebagai suplemen dalam perbanyakan massal ini pada setiap wadah perbanyakan
ditambahkan serasah daun kelapa kering sebagai tempat persembunyian cocopet
(karena cocopet cenderung merupakan binatang yang tidak menyukai cahaya
terang), dan sebagai tempat meletakkan telurnya.
Tisu bassah ditambahkan ke dalam wadah perbanyakan untuk menjaga kelembaban
udara tetap tinggi.
Wadah keler plastik digunakan sebagai wadah perbanyakan yang praktis dan
tutup wadah perlu dibuat lubang dengan diberi kain kasa agar cocopet
mendapatkan udara tetapi tidak dapat keluar dari wadah. Wadah sebaiknya disimpan pada kondisi agak
gelap dan tidak terkena cahaya langsung.
KENDALA DALAM PERBANYAKAN
Dalam kegiatan perbanyakan ini kendala yang ditemui adalah
- Tungau kelapa. Tungau kelapa ini merupakan kendala yang serius dalam perbanyakan cocopet. Seiring dengan penambahan serasah daun kelapa yang tidak steril sehingga populasi tungau menjadi sangat banyak dalam wadah perbanyakan. Populasi tungau kelapa ini mengganggu dalam hal meusak kualitas makanan cocopet. Sebagai solusinya, serasah daun kelapa perlu disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
- Cendawan kontaminan. Cendawan kontaminan dapat menjadi kendala utama dalam perbanyakan apabila pemberian air terlalu banyak sehingga kelembaban udara menjadi tinggi. Solusinya adalah wadah perbanyakan jangan terlalu kecil dan aerasi udara diupayakan dalam kondisi mengalir lancar.
- Kendala lain adalah perlunya kontinuitas pemberian makanan sehingga jumlah makanan dalam kondisi mencukupi. Hal ini disebabkan apabila kondisi makanan kurang maka predator dewasa akan menjadi bersifat kanibal dan memakan stadium mudanya.
Gambar : Jamur kontaminan yang menyebabkan gagalnya perbanyakan massal
KESIMPULAN
Beberapa pakan alternatif dapat digunakan dalam perbanyakan massal secara
sederhana di tingkat laboratorium antara lain adalah poor ayam, bubur jagung
manis dan pipilan jagung muda. Beberapa kendala dalam perbanyakan massal
cocopet adalah adanya kontaminan jamur, tungau dan sifat kanibalisme dari
stadium dewasa ketika jumlah makanan tidak mencukupi. Metode perbanyakan masal
perlu dikaji lebih lanjut untuk mengatasi kendala-kendala diatas.
Sumber
Rismansyah, E. A. 2012. Laporan Fungsional POPT Bulan Mei 2012. BPTP Pontianak. Tidak dipublikasikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar