(disampaikan dalam pertemuan teknis petugas pengamat BPTP Pontianak, tanggal 15 september 2011)
PENDAHULUAN
Di Indonesia, Ada banyak Penyakit patogenik pada tanaman kakao. Beberapa diantaranya merupakan penyakit utama yang menyebabkan kerugian yang besar secara ekonomis seperti penyakit busuk buah kakao (yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora), penyakit Vascular Streak Die Back (VSD) (yang disebabkan oleh cendawan Oncobasidium theobromae). Selain penyakit utama tersebut, masih banyak penyakit-penyakit lain yang menyerang tanaman kakao yang kurang mendapat perhatian dikarenakan dianggap tidak menyebabkan kerugian secara ekonomis. Salah satunya adalah penyakit Hawar (Thread Blight) yang disebabkan oleh cendawan Marasmius sp.
Pada awal Tahun 2011, dilaporkan adanya gejala penyakit baru pada tanaman kakao (sebagian pada program rehabilitasi gernas kakao) di sulawesi oleh petani. Dari laporan tersebut kemudian diadakan kunjungan ke lokasi kebun kakao dimana ditemukan gejala penyakit “baru”, oleh sebuah tim yang terdiri dari para pakar perlindungan tanaman perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan UPTD kedua provinsi tersebut serta BBP2TP Ambon untuk melakukan deteksi dan identifikasi penyakit (Dirjenbun, 2011).
Hasil identifikasi sementara, penyakit yang menyerang tanaman kakao yang dilaporkan adalah penyakit Hawar Ekor Kuda yang disebabkan oleh Jamur Marasmius sp, dan sebenarnya penyakit tersebut bukan penyakit baru karena telah ditemukan di beberapa tempat di Indonesia mulai tahun 2005 di Sulawesi Tengah dan tahun 2008 di Sulawesi Barat, Kalimantan Timur, Jaw Timur, Sumatera Utara dan Papua.
Dari hasil kunjungan itu, kemudian Direktorat Jenderal Perkebunan mengeluarkan Surat Edaran Dirjenbun No 177/Lb/320/E/5/2011 Tentang Informasi Penyakit Hawar Ekor Kuda Dan Cara Pengendaliannya ke beberapa Provinsi di Indonesia yang merupakan Sentra Penanaman Kakao, salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Barat.
Sebagai tindak lanjut, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat melalui Surat Disbun Prov Kalbar No 525/700/Pt/V/2011 mensosialisasikan informasi tersebut dan perlu survei untuk mengetahui indikasi adanya penyakit hawar daun kuda di provinsi kalimantan barat.
Mengenal Penyakit Hawar Ekor Kuda
Marasmius merupakan genus jamur yang sangat besar dan komplek dan dikenal banyak menyerang berbagai jenis tanaman tropika antara lain karet, lada, rambutan, kelapa sawit, coklat, pala, sawo, manggis, soka, dan lain-lain (Cabi, 2005). Pada tanaman kelapa sawit, jamur Marasmius palmivorus dikenal sebagai penyakit Busuk tandan yang cukup membahayakan.
Penyakit Hawar Ekor Kuda (Horse Hair Blight Disease) disebabkan oleh jamur Marasmius crinis-equi F. Muell. ex Kalchbr.
Klasifikasi Jamur tersebut adalah sebagai berikut (CABI, 2005):
Kingdom | : | Fungi |
Phylum | : | Basidiomycota |
Class | : | Basidiomycetes |
Subclass | : | Agaricomycetidae |
Order | : | Agaricales |
Family | : | Marasmiaceae |
Genus | : | Marasmius |
Spesies | : | Marasmius crinis-equi F. Muell. ex Kalchbr. |
Tanaman inang dari penyakit ini mencakup Hevea brasiliensis (karet), Leucaena leucocephala (Leucaena), Theobroma cacao (kakao), Ananas comosus (nanas), Artocarpus integer, Bambusa, Camellia sinensis (teh), Cinnamomum verum (kayu manis), Citrus maxima (pummelo), Citrus nobilis (tangor), Derris elliptica (Akar Tuba), Garcinia mangostana (manggis), Ixora, Mangifera indica (mangga), Mangifera odorata, Nephelium lappaceum (rambutan), Piper nigrum (lada hitam), Psidium cattleianum (strawberry) (CABI, 2005).
Daerah Distribusi Penyakit hingga saat ini telah dideteksi di negara-negara seperti Brunei Darussalam, India (Kerala), Indonesia (Papua Barat), Japan, Malaysia (Peninsular Malaysia (Sabah, Sarawak), Sri Lanka, Kamerun, Ghana, Kenya, Sierra Leone, Uganda, Guadeloupe, Martinique, Saint Lucia, Trinidad and Tobago, Australia, Fiji, Papua New Guinea, Solomon Islands, Vanuatu (CABI, 2005)
Gejala penyakit ini biasanya dimulai dari bagian dalam tanaman. Pada awalnya, untaian miselium putih akan muncul pada batang, tunas, petioles dan daun. Mereka secara bertahap berkembang menjadi rhizomorphs yang berwarna kehitaman yang cukup keras dan terlihat seperti kuda atau rambut manusia dengan diameter sekitar 0,1-0,2 mm. rhizomorphs yang berkembang pada bagian tanaman menyebabkan hawar pada daun dan ranting. Miselia, yang tumbuh dari rhizomorph, menghasilkan hifa haustoria dan menginfeksi ke dalam jaringan daun dan ranting. Penyakit ini biasanya terjadi di perkebunan yang memiliki kondisi gelap dan lembab. Meski demikian kerusakan akibat penyakit ini dinilai tidak begitu parah (Anonim, 1993).
Jamur bersifat epifit menyerang tanaman tua pada bagian daun, batang muda, batang tua bahkan sampai ke akar tanaman. Kejadian penyakit biasanya lebih banyak pada kebun-kebun kakao yang kurang terawat (Semangun, 1996; Sugianto, 2011). Hal ini memberi kemungkinan bahwa penyebaran penyakit dapat terjadi melalui ranting terinfeksi yang gugur dan penyebaran spora dari tubuh buah. Pembentukan tubuh buah jamur terjadi selama periode panjang hujan yang berlangsung terus menerus. Tubuh buah atau basidiomata berukuran kecil yang muncul pada permukaan atas pileus dan berwarna cokelat muda (CABI, 2005). Siklus penyakit hingga saat ini belum diketahui.
Penyakit Hawat ekor kuda saat ini dinilai bukan merupakan penyakit utama yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis
- Daun menjadi kering coklat dan beberapa daun transparan dan akhirnya rontok
(Sumber: Sitorus, 2011)
- Muncul benang-benang hitam dari batang atau daun terserang
(Sumber: Rismansyah, 2011)
- Daun rontok akan tertahan oleh benang dan membentuk sarang laba-laba. mikro iklim pohon menjadi lembab dan memudahkan penularan
- Daun rontok yang mengandung benang akan pula menginfeksi gulma di bawahnya
(Sumber: Sugianto, 2011)
- Pada potongan melintang ranting bergejala, tampak xylem menjadi coklat
(Sumber: Sugianto, 2011)
- Pada serangan berat tanaman mati kering
PENGENDALIAN
- Pemangkasan Ranting Bergejala Penyakit Dengan Parang Steril Dan Hasil Pangkasan Segera Dibakar
- Pengolesan Pangkal Pangkasan Dengan Fungisida Sistemik Atau Bubur Bordo
- Eradikasi Pohon Terserang Berat
- Sanitasi Dan Kebersihan Pohon Serta Kebun Untuk Mengurangi Kelembaban
- Pemberian Pupuk P Dan K Sesuai Dosis Dan Rekomendasi
- Sambung Samping Dengan Entres Tahan Penyakit
Tindakan Preventif Pada Kebun Yang Hendak Ditanami Ulang (Ex Kebun Terserang):
- Pemberian Kapur Dolomit (Meningkatkan Ph Tanah)
- Pemberian Mikroorganisme Antagonis Semisal Trichoderma Spp
- Pembalikan Tanah
- Penambahan Pupuk Kandang Matang
- Penanaman Klon Tahan Penyakit
Preventif Pada Kebun/Tanaman Kakao Sehat
- Pemberian Pupuk Berimbang 2x Per Tahun
- Pemberian Kapur Atau Tepung Kulit Telur (10 g/Pohon)
- Pemangkasan Cabang Non Produktif
- Sanitasi Kebun
- Pemanfaatan Musuh Alami (Jamur Trichoderma Spp Dan Lainnya)
- Pengamatan Berkala
- Penyemprotan Fungisida Organo-Merkuri Pada Gejala Dini
- Drainase Yang Cukup Pada Tanah Tergenang
STATUS PENYAKIT DI KALIMANTAN BARAT
Sebenarnya petugas lapangan sudah sering menemukan gejala penyakit tersebut di lapangan sejak lama, Akan tetapi dikarenakan penyakit tersebut masih dianggap bukan sebagai penyakit utama (tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis), upaya pengendalian tidak dilakukan secara intensif.
BPTP pontianak setidaknya telah melakukan survei deteksi penyakit hawar ekor kuda pada 4 daerah yaitu di Desa Terap Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak, Desa Sungai Jaga A Kec. Sui Raya, Desa Karimunting Kec Sui Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang Dan Di Kabupaten Sanggau. semua daerah tersebut kecuali di Desa Karimunting, positif terdapat gejala penyakit hawar ekor kuda (Rismansyah, 2011; Sitorus, 2011)
Kesimpulan
Penyakit Hawar Ekor kuda diketahui telah ada di beberapa kebun di Provinsi Kalimantan Barat antara lain di Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak, Kecamatan Sui Raya Kabupaten Bengkayang dan di Kabupaten Sanggau.
Penyakit Hawar Ekor Kuda yang disebabkan oleh jamur Marasmius crinis-equi saat ini dinilai bukan merupakan penyakit utama pada tanaman kakao. Meskipun demikian, status minor diseases ini bukan berlaku baku, akan tetapi dapat berkembang dinamis, sehingga bila kondisi optimal tercapai penyakit berpotensi untuk menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dengan demikian, pengamatan secara reguler ke depan tetap dibutuhkan untuk mengetahui kondisi penyakit ini di lapangan dan menjadi langkah antisipasi sebelum penyakit berkembang menjadi suatu yang lebih serius.
Sumber Literatur
- Surat Edaran Dirjenbun No 177/Lb/320/E/5/2011 Tentang Informasi Penyakit Tersebut Dan Cara Pengendaliannya
- Surat Disbun Prov Kalbar No 525/700/Pt/V/2011 Tentang Lanjutan Informasi Diatas, Dan Perlunya Survei Untuk Mengetahui Indikasi Adanya Penyakit Hawar Daun Kuda Di Provinsi Kalimantan Barat
- Sugianto. 2011. Mengenal Penyakit Hawar Ekor Kuda Pada Kakao. Balai Besar Perbenihan & Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian Pertanian Jl. Pertanian Paso Ambon (Telp. 0911-361203). Administrator Web : Ditjenbun@Deptan.Go.Id Diakses Tangga 27 Juli 2011 Dari Http://Ditjenbun.Deptan.Go.Id/Bbp2tpbon/Index.Php?Option=Com_Content&View=Article&Id=96%3amengenal-Penyakit-Hawar-Ekor-Kuda-Pada-Kakao&Catid=12%3anews&Itemid=21
- Rismansyah, Erlan Ardiana. 2011. Laporan Fungsional POPT Bulan Agustus 2011: Survei Deteksi Penyakit VSD dan Hawar Ekor Kuda pada Tanaman Kakao di Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak. BPTP Pontianak. 4 halaman. Tidak dipublikasikan.
- Sitorus, H. 2011. Laporan Perjalanan Dinas Bulan Agustus 2011 (Kabupaten Sanggau). Laboratorium Lapangan. BPTP Pontianak. Tidak dipublikasikan.
- Semangun, H. 1996. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan. Diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
- Anonim. Extension Fact Sheet 15: White Thread of Cocoa. Ministry of Agriculture & Livestock, Solomon Islands. Diakses dari http://www.pacificdisaster.net/pdnadmin/data/original/MAL_SLB_Marasmiellus_ExtDFsheet15.pdf Tanggal 15 september 2011
- Anonim. 2005. Cabi Copendium 2005.
- Anonim. 1993. Diagnostic Manual for Industrial Crop Diseases in Indonesia. Compiled by Editing Committee of Japan International Cooperation Agency and Research Institute for Spice and Medicinal Crop,Indonesia. 1993. P 54.
persiapan pelaksanaan tugas popt ahli perkebunan apa saja mohon penjelasan tahapan nya tks
BalasHapus