Jumat, 07 Juni 2024

MONITORING OPT KARET DI KABUPATEN SANGGAU

 


Karet merupakan salah satu andalan komoditas perkebunan di Provinsi Kalimantan Barat dimana pertanaman karet tersebar di seluruh kabupaten dan kota kecuali Kota Pontianak. Luas penanaman pada tahun 2020 mencapai 606.354 hektar dengan produksi mencapai 266.351 ton karet kering serta pola pengusahaan perkebunan rakyat mencapai 99,32%. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir, Industri perkebunan karet alam menghadapi tantangan berat karena melemahnya harga karet di pasar global. Kondisi ini diperparah dengan munculnya serangan OPT tanaman yang mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman.

OPT penting yang menyerang tanaman karet antara lain adalah penyakit tular tanah Jamur Akar Putih, Penyakit bidang sadap dan penyakit gugur daun karet. Serangan OPT ini banyak terjadi karena kurangnya pengetahuan dan informasi petani tentang pentingnya berbagai macam OPT dalam menghambat produktivitas karet yang dibudidayakan dan tindakan untuk pengendaliannya. Terlebih usaha pemeliharaannya sangat tergantung dari nilai jual karet yang dihasilkan. Pada saat harga lateks karet sangat rendah seperti saat ini (sekitar 3 ribu rupiah per kg) maka upaya intensifikasi sangat rendah, bahkan di beberapa lokasi, tanaman karet dibiarkan begitu saja tanpa pemeliharaan dan penyadapan.

Dengan kondisi demikian maka tidak heran memicu munculnya OPT penting tanaman karet terutama dari golongan penyakit karena pembiaran kebun menyebabkan kondisi menjadi sangat lembab dikarenakan gulma tumbuh dengan sangat subur dan mendukung untuk perkembangan dan penyebaran penyakit karet.

Upaya pengendalian OPT karet tidak terlepas dengan kegiatan monitoring OPT dan pembinaan petani yang dilakukan secara rutin dan konsistem. Data hasil monitoring OPT dapat digunakan sebagai data untuk mengupdate kondisi perlindungan tanaman khususnya dalam rangka pencegahan serangan OPT melalui sistem peringatan dini (EWS, Early Warning System) bagi petani dan pelaksana perlindungan perkebunan.

Monitoring OPT sebaiknya dilaksanakan sejak dini, tidak hanya pada tanaman dewasa/menghasilkan tetapi juga mulai sejak bibit dihasilkan atau pada kebun pembibitan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa bibit/setek yang dihasilkan merupakan bibit setek yang sehat dan kuat serta terbebas dari serangan hama dan penyakit yang dapat menjadi masalah ketika ditanam pada kondisi kebun/lapangan.

Atas dasar pentingnya kegiatan monitoring OPT sejak dini maka kegiatan monitoring OPT karet ini dilaksanakan di Kabupaten Sanggau oleh Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak, terlebih sudah ada informasi sebelumnya dari petugas lapangan tentang adanya serangan beberapa jenis OPT pada perkebunan karet di Kabupaten Sanggau. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data jenis dan tingkat serangan OPT yang menyerang pada kebun karet. Informasi yang diperoleh dapat menjadi acuan untuk melakukan kegiatan perbaikan dan pengendalian pada kebun karet di Kabupaten Sanggau.

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama dua hari oleh 3 orang petugas teknis dari Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak di beberapa kebun karet rakyat yang terletak di Kecamatan Sekayam, Balai dan Parindu Kabupaten Sanggau. Metode pengamatan dilakukan dengan cara kunjungan ke lokasi kebun sampel dan melakukan pengamatan secara visual terhadap gejala serangan OPT yang ditemukan dan pengambilan sampel pada gejala-gejala yang tidak dapat langsung diidentifikasi di tempat untuk dilakukan pengamatan lanjutan di lapangan serta wawancara dengan petani pemilik. Dokumentasi kondisi kebun sampel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

 


Gambar Keadaan kebun Karet di beberapa lokasi pengamatan Searah jarum Jam: Kecamatan Balai, Kecamatan Sekayam (2-3), Kecamatan Parindu (4-6)

        Kondisi kebun yang diamati secara umum adalah sebagai berikut : Luas kebun di masing-masing  lokasi seluas 1-2 hektar (atau 500-100 pohon), terletak pada topografi miring/berlereng maupun datar dengan klon yang ditanam berupa PB 260. Pohon ditanam dengan jarak tanam 3 x 6-7 meter. Mayoritas Kebun karet merupakan kebun produksi sedang-tua dengan umur tanaman lebih dari 10 tahun, umumnya kurang terawat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya gulma yang tumbuh di dalam kebun serta tanaman yang banyak ditumbuhi dengan pakis. Individu karet sendiri juga terlihat kurus dengan kurangnya pemeliharaan dan tanaman tidak mendapatkan pasokan hara yang cukup. Perlu dicatat bahwa pada kebun yang terletak pada lahan miring, tidak dilengkapi dengan upaya pencegahan run off sehingga ketika hujan, air  akan mengalir dengan leluasa pada permukaan tanah yang licin dan bila diatas lereng terdapat tanaman yang sakit, maka besar kemungkinannya spora yang dihasilkan patogen akan mudah menyebar dan menginfeksi tanaman lainnya yang berada di lereng bagian bawah

Hasil Pengamatan 

Hasil pengamatan OPT penting tanaman karet yang terdapat di kebun sampel meliputi penyakit gugur daun karet, bidang sadap, penyakit jamur upas dan penyakit jamur akar putih. Adapun golongan hama yang ditemukan pada kebun karet sampel adalah rayap dan kumbang penggerek.

Penyakit Gugur Daun Karet

Penyakit gugur daun karet merupakan penyakit penting yang menyerang daun-daun tanaman karet menyebabkan daun-daun tersebut menjadi gugur. Penyakit Gugur Daun Karet atau GDK disebabkan oleh berbagai mikroorganisme patogenik yang umumnya jamur dengan gejala yang ditimbulkan cukup beragam hanya saja umumnya berupa bercak khas. Beberapa penyakit GDK yang ditemukan selama pengamatan di kebun-kebun adalah penyakit GDK Pestalotiopsis yang menyerang di seluruh kebun karet sampel dan penyakit GDK Colletotrichum di beberapa kebun dengan intensitas rendah.

Data Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase tingkat keguguran daun di setiap kebun sampel bervariasi berkisar antara 37,5 – 59 %. Dan hal ini sepertinya dipengaruhi oleh tingkat perawatan kebun dan pemenuhan suplai nutrisi tanaman. Tingkat gugur daun tertinggi terdapat di kebun sampel yang terletak Desa Balai Karangan sedangkan gugur daun terendah terletak di Desa Engkahan.

Beberapa indikasi gejala serangan penyakit gugur daun karet yang terlihat selama pengamatan di lapangan dapat dilihat dari dokumentasi di bawah ini.  

Gambar Beberapa gejala serangan penyakit GDK di lapangan

 Berdasarkan pengamatan di lapangan, gejala GDK yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis lebih banyak dijumpai pada daun yang tua dibandingkan daun muda, dan daun yang gugur juga lebih banyak pada daun tua dibandingkan daun muda. Penyakit ini lebih banyak menyerang daun yang tua, gejala berupa bercak coklat konsentris yang menonjol dan lebih banyak terdapat pada bagian ujung dan pinggir daun. Hasil survei juga menunjukkan bahwa penyakit lebih banyak menyerang daun dalam stadia tua (mature) atau yang berwarna hijau gelap.

Gejala serangan penyakit gugur daun karet yang disebabkan oleh jamur Collettrichum berupa daun lemas, tepi daun berwarna hitam, mengeriting/keriput, apabila diraba terasa kasar, selanjutnya daun gugur. Penyakit ini pada saat pengamatan merupakan penyakit GDK yang minor dan hanya menyerang di beberapa lokasi kebun saja dengan persentase yang sedikit.

Penyakit Jamur Akar Putih

Penyakit JAP atau Jamur Akar Putih dari dahulu dikenal merupakan penyakit yang sangat penting pada tanaman karet karena akibat serangan penyakit ini tanaman dapat menjadi mati dikarenakan rusaknya bagian perakaran dan pangkal batang. Tanaman yang terserang parah dapat menjadi tumbang dan mati. Penyakit  akar  putih  disebabkan  oleh jamur  Rigidoporus  lignosus. Penyakit ini  mengakibatkan  kerusakan  pada  akar tanaman.  Gejala  pada  daun  terlihat  pucat kuning  dan  tepi  atau  ujung  daun  terlipat  ke dalam.  Kemudian  daun  gugur  dan  ujung ranting  menjadi  mati.  Ada  kalanya  terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada  perakaran  tanaman  sakit  tampak benangbenang  jamur  berwarna  putih  dan agak tebal (rizomorf).

JAP terutama menular karena adanya kontak antara akar tanaman sehat dengan akar tanaman  sakit,  atau dengan kayu-kayu yang mengandung  JAP.  Agar dapat mengadakan infeksi pada akar yang sehat, jamur harus mempunyai makanan yang cukup. JAP dapat menular dengan perantaraan rizomorf.

Penyakit akar putih dapat menimbulkan kerusakan di kebun entres, tanaman belum dan telah menghasilkan.   Kerusakan berat oleh penyakit tersebut sering terjadi pada tanaman belum menghasilkan. Kematian tanaman oleh penyakit tersebut mengakibatkan rendahnya kerapatan pohon karet per  hektar  yang  berpengaruh  langsung terhadap menurunnya produktifitas kebun.  Pada beberapa kebun yang terdapat di daerah rawan penyakit akar putih, kerapatan pohon per hektarnya mencapai 50-60 % sehingga  terpaksa dilakukan peremajaan.

Penyakit akar putih dapat menimbulkan kerusakan di semua wilayah perkebunan karet Indonesia. Tetapi keparahan penyakit yang ditimbulkannya berbeda antar wilayah tergantung kepada kondisi agroklimatnya terutama kondisi kebersihan kebun dari tunggul dan sisa akar, kondisi bio-kimia-fisik tanah, curah hujan dan topografi. Selain itu keparahan penyakit berbeda di perkebunan karet rakyat dan perkebunan besar.  Perkebunan karet rakyat sering mengalami kerusakan yang lebih berat dibandingkan dengan perkebunan besar karena kurangnya upaya pengendaliannya.

Pengendalian penyakit akar putih sulit dilakukan karena memerlukan pengetahuan,  waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar. Terbatasnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya penyakit akar putih, mahalnya biaya pengendalian serta terbatasnya pendapatan pekebun mengakibatkan upaya pengendalian tidak dilakukan. Akibatnya kerusakan atau kematian tanaman makin meningkat setiap tahun

Hasil pengamatan menunjukkan setidaknya dua kebun memiliki indikasi terserang oleh penyakit JAP ini yaitu di kebun Desa Tae dengan persentase serangan (berdasarkan tubuh buah dan tanaman tumbang) sebesar 15 % (3 tanaman tumbang atau terdapat tubuh buah dari 20 pohon sampel) dan di Desa Palem Jaya Kebun 1 dengan persentase serangan sebesar 30 (6 tanaman tumbang dan atau terdapat tubuh buah).

Gambar Beberapa gejala serangan penyakit JAP di lapangan

 Penyakit Pecah Batang

Penyakit pecah batang  merupakan penyakit karet yang sering ditemukan pada kebun-kebun karet di Kalimantan Barat. Penyakit ini mudah dikenali dengan adanya kulit-kulit batang karet yang pecah dan terkadang mengeluarkan gum (cairan lateks). Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jamur seperti Fusarium dan Botryodiplodia. Beberapa serangan seringkali dijumpai pada bagian kaki gajah tanaman. Serangan penyakit ini menyebabkan permukaan kulit menjadi rusak dan sulit untuk disadap atau bahkan tidak bisa disadap.

Gambar Beberapa gejala serangan penyakit Pecah Batang di lapangan

Penyakit-Penyakit Bidang Sadap

Penyakit-penyakit bidang sadap adalah gangguan yang menyerang pada panel sadap dan menyebabkan getah karet berkurang atau tidak ada sama sekali. Penyakit bidang sadap dapat disebabkan oleh faktor patogenik maupun faktor non-patogenik/fisiologis tanaman. Beberapa penyakit bidang sadap yang umum dijumpai adalah penyakit kanker garis yang disebabkan oleh jamur Phytophthora sp, penyakit Mouldy Rot yang disebabkan oleh jamur Ceratocystis fimbriata dan penyakit kering alur sadap yang hingga saat ini diduga disebabkan oleh gangguan fisiologis dikarenakan over sadap. Ketiga penyakit ini juga dijumpai pada kebun-kebun sampel yang diamati. Penyakit kanker garis dapat dilihat dari adannya garis-garis vertikal berwarna merah tua pada bagian panel yang telah sadap. Penyakit Mouldy Rot dapat dilihat gejalanya berupa lapisan beludru putih keabu-abuan pada bagian tepat diatas irisan sadap baru. Sedangkan penyakit KAS dapat dikenali dengan adanya tanaman sehat yang tidak mengeluarkan getah sama sekali.

Selain itu perlu diperhatikan pula bahwa keterampilan sadap yang kurang baik dimana pisau sadap menyadap terlalu dalam sehingga mengenai bagian kayu dapat menyebabkan kerusakan pada bagian permukaan bidang sadap. Hal ini diketahui dari permukaan kulit pulihan yang tidak rata dan berbenjol-benjol. Kerusakan ini sangat dominan di kebun-kebun karet yang diamati.

 


Gambar Beberapa kerusakan pada bagian panel sadap

OPT Lain yang Dijumpai

Selain OPT utama diatas, beberapa OPT lain yang dijumpai antara lain adalah penyakit Jamur Upas, hama rayap dan penggerek batang.


Gambar Beberapa gejala serangan OPT lain (Rayap, penggerek batang dan Kudis)

 Pengambilan Sampel

Untuk memperkuat data pengamatan, maka petugas BPTP Pontianak melakukan pengambilan sampel tanah untuk mengetahui kondisi tanah baik jenis maupun pH untuk diteliti lebih lanjut. Pengamatan sampel dilakukan dengan cara menggali tanah sedalam kurang lebih 20 cm dan mengambil tanah dari dalam lubang sebanyak sekitar 500-1.000 gram kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan dan diberi label. Sampel kemudian akan diamati di laboratorium.



Gambar Pengambilan sampel tanah

 Wawancara Petani

Wawancara petani pemilik kebun selalu dilakukan di setiap kebun sampel yang dikunjungi. Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan perbincangan dan pengisian quisioner yang telah disiapkan. Materi wawancara lebih menitikberatkan untuk mencari tahu status dan data kebun serta metode pemeliharaan yang dilakukan oleh petani. Data yang diperoleh penting untuk mengetahui latar belakang penyebab suatu masalah yang terjadi di suatu kebun, menganalisisnya dan mennghubungkan dengan data-data primer lainnya untuk memberikan suatu gambaran serta solusi dari permasalahan yang ditemukan.

 Gambar Kegiatan wawancara dengan petani pemilik kebun

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar