Karet merupakan salah satu andalan komoditas perkebunan di Provinsi
Kalimantan Barat dimana pertanaman karet tersebar di seluruh kabupaten dan kota
kecuali Kota Pontianak. Luas penanaman pada tahun 2020 mencapai 606.354 hektar dengan
produksi mencapai 266.351 ton karet kering serta pola pengusahaan perkebunan
rakyat mencapai 99,32%. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir, Industri
perkebunan karet alam menghadapi tantangan berat karena melemahnya harga karet
di pasar global. Kondisi ini diperparah dengan munculnya serangan OPT tanaman
yang mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman.
OPT penting yang
menyerang tanaman karet antara lain adalah penyakit tular tanah Jamur Akar
Putih, Penyakit bidang sadap dan penyakit gugur daun karet. Serangan OPT ini
banyak terjadi karena kurangnya pengetahuan dan informasi petani tentang
pentingnya berbagai macam OPT dalam menghambat produktivitas karet yang
dibudidayakan dan tindakan untuk pengendaliannya. Terlebih usaha
pemeliharaannya sangat tergantung dari nilai jual karet yang dihasilkan. Pada
saat harga lateks karet sangat rendah seperti saat ini (sekitar 3 ribu rupiah
per kg) maka upaya intensifikasi sangat rendah, bahkan di beberapa lokasi,
tanaman karet dibiarkan begitu saja tanpa pemeliharaan dan penyadapan.
Dengan kondisi demikian
maka tidak heran memicu munculnya OPT penting tanaman karet terutama dari
golongan penyakit karena pembiaran kebun menyebabkan kondisi menjadi sangat
lembab dikarenakan gulma tumbuh dengan sangat subur dan mendukung untuk
perkembangan dan penyebaran penyakit karet.
Upaya
pengendalian OPT karet tidak terlepas dengan kegiatan monitoring OPT dan
pembinaan petani yang dilakukan secara rutin dan konsistem. Data hasil
monitoring OPT dapat digunakan sebagai data untuk mengupdate kondisi
perlindungan tanaman khususnya dalam rangka pencegahan serangan OPT melalui
sistem peringatan dini (EWS, Early Warning System) bagi petani dan
pelaksana perlindungan perkebunan.
Monitoring OPT
sebaiknya dilaksanakan sejak dini, tidak hanya pada tanaman dewasa/menghasilkan
tetapi juga mulai sejak bibit dihasilkan atau pada kebun pembibitan. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa bibit/setek yang dihasilkan merupakan bibit
setek yang sehat dan kuat serta terbebas dari serangan hama dan penyakit yang
dapat menjadi masalah ketika ditanam pada kondisi kebun/lapangan.
Atas dasar pentingnya kegiatan monitoring OPT sejak dini maka kegiatan monitoring OPT karet ini dilaksanakan di Kabupaten Sanggau oleh Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak, terlebih sudah ada informasi sebelumnya dari petugas lapangan tentang adanya serangan beberapa jenis OPT pada perkebunan karet di Kabupaten Sanggau. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data jenis dan tingkat serangan OPT yang menyerang pada kebun karet. Informasi yang diperoleh dapat menjadi acuan untuk melakukan kegiatan perbaikan dan pengendalian pada kebun karet di Kabupaten Sanggau.
Pelaksanaan
kegiatan dilaksanakan selama dua hari oleh 3 orang petugas teknis dari Balai
Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak di beberapa kebun karet rakyat
yang terletak di Kecamatan Sekayam, Balai dan Parindu Kabupaten Sanggau. Metode
pengamatan dilakukan dengan cara kunjungan ke lokasi kebun sampel dan melakukan
pengamatan secara visual terhadap gejala serangan OPT yang ditemukan dan
pengambilan sampel pada gejala-gejala yang tidak dapat langsung diidentifikasi
di tempat untuk dilakukan pengamatan lanjutan di lapangan serta wawancara
dengan petani pemilik. Dokumentasi kondisi kebun sampel dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar Keadaan
kebun Karet di beberapa lokasi pengamatan Searah jarum Jam: Kecamatan Balai,
Kecamatan Sekayam (2-3), Kecamatan Parindu (4-6)
Kondisi kebun yang diamati secara umum adalah sebagai berikut : Luas kebun di masing-masing lokasi seluas 1-2 hektar (atau 500-100 pohon), terletak pada topografi miring/berlereng maupun datar dengan klon yang ditanam berupa PB 260. Pohon ditanam dengan jarak tanam 3 x 6-7 meter. Mayoritas Kebun karet merupakan kebun produksi sedang-tua dengan umur tanaman lebih dari 10 tahun, umumnya kurang terawat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya gulma yang tumbuh di dalam kebun serta tanaman yang banyak ditumbuhi dengan pakis. Individu karet sendiri juga terlihat kurus dengan kurangnya pemeliharaan dan tanaman tidak mendapatkan pasokan hara yang cukup. Perlu dicatat bahwa pada kebun yang terletak pada lahan miring, tidak dilengkapi dengan upaya pencegahan run off sehingga ketika hujan, air akan mengalir dengan leluasa pada permukaan tanah yang licin dan bila diatas lereng terdapat tanaman yang sakit, maka besar kemungkinannya spora yang dihasilkan patogen akan mudah menyebar dan menginfeksi tanaman lainnya yang berada di lereng bagian bawah
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan OPT
penting tanaman karet yang terdapat di kebun sampel meliputi penyakit gugur
daun karet, bidang sadap, penyakit jamur upas dan penyakit jamur akar putih.
Adapun golongan hama yang ditemukan pada kebun karet sampel adalah rayap dan
kumbang penggerek.
Penyakit Gugur Daun Karet
Penyakit gugur daun karet merupakan penyakit penting yang
menyerang daun-daun tanaman karet menyebabkan daun-daun tersebut menjadi gugur.
Penyakit Gugur Daun Karet atau GDK disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
patogenik yang umumnya jamur dengan gejala yang ditimbulkan cukup beragam hanya
saja umumnya berupa bercak khas. Beberapa penyakit GDK yang ditemukan selama
pengamatan di kebun-kebun adalah penyakit GDK Pestalotiopsis yang
menyerang di seluruh kebun karet sampel dan penyakit GDK Colletotrichum
di beberapa kebun dengan intensitas rendah.
Data Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase tingkat
keguguran daun di setiap kebun sampel bervariasi berkisar antara 37,5 – 59 %.
Dan hal ini sepertinya dipengaruhi oleh tingkat perawatan kebun dan pemenuhan
suplai nutrisi tanaman. Tingkat gugur daun tertinggi terdapat di kebun sampel
yang terletak Desa Balai Karangan sedangkan gugur daun terendah terletak di
Desa Engkahan.
Beberapa indikasi gejala serangan penyakit gugur daun karet yang
terlihat selama pengamatan di lapangan dapat dilihat dari dokumentasi di bawah
ini.
Gambar Beberapa gejala serangan penyakit GDK di lapangan
Gejala serangan
penyakit gugur daun karet yang disebabkan oleh jamur Collettrichum berupa
daun lemas, tepi daun berwarna hitam, mengeriting/keriput, apabila diraba
terasa kasar, selanjutnya daun gugur. Penyakit ini pada saat pengamatan
merupakan penyakit GDK yang minor dan hanya menyerang di beberapa lokasi kebun
saja dengan persentase yang sedikit.
Penyakit
Jamur Akar Putih
Penyakit JAP atau Jamur Akar Putih dari dahulu dikenal merupakan
penyakit yang sangat penting pada tanaman karet karena akibat serangan penyakit
ini tanaman dapat menjadi mati dikarenakan rusaknya bagian perakaran dan
pangkal batang. Tanaman yang terserang parah dapat menjadi tumbang dan mati.
Penyakit akar putih
disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus. Penyakit ini mengakibatkan
kerusakan pada akar tanaman.
Gejala pada daun
terlihat pucat kuning dan
tepi atau ujung
daun terlipat ke dalam.
Kemudian daun gugur
dan ujung ranting menjadi
mati. Ada kalanya
terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran
tanaman sakit tampak benang‐benang jamur berwarna
putih dan agak tebal (rizomorf).
JAP terutama menular karena adanya kontak antara akar tanaman sehat
dengan akar tanaman sakit, atau dengan kayu-kayu yang mengandung JAP.
Agar dapat mengadakan infeksi pada akar yang sehat, jamur harus
mempunyai makanan yang cukup. JAP dapat menular dengan perantaraan rizomorf.
Penyakit akar putih dapat menimbulkan kerusakan di kebun entres, tanaman
belum dan telah menghasilkan. Kerusakan
berat oleh penyakit tersebut sering terjadi pada tanaman belum menghasilkan.
Kematian tanaman oleh penyakit tersebut mengakibatkan rendahnya kerapatan pohon
karet per hektar yang
berpengaruh langsung terhadap
menurunnya produktifitas kebun. Pada
beberapa kebun yang terdapat di daerah rawan penyakit akar putih, kerapatan
pohon per hektarnya mencapai 50-60 % sehingga
terpaksa dilakukan peremajaan.
Penyakit akar putih dapat menimbulkan kerusakan di semua wilayah
perkebunan karet Indonesia. Tetapi keparahan penyakit yang ditimbulkannya
berbeda antar wilayah tergantung kepada kondisi agroklimatnya terutama kondisi
kebersihan kebun dari tunggul dan sisa akar, kondisi bio-kimia-fisik tanah,
curah hujan dan topografi. Selain itu keparahan penyakit berbeda di perkebunan
karet rakyat dan perkebunan besar.
Perkebunan karet rakyat sering mengalami kerusakan yang lebih berat
dibandingkan dengan perkebunan besar karena kurangnya upaya pengendaliannya.
Pengendalian penyakit akar putih sulit dilakukan karena memerlukan
pengetahuan, waktu, tenaga dan biaya
yang cukup besar. Terbatasnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya
penyakit akar putih, mahalnya biaya pengendalian serta terbatasnya pendapatan
pekebun mengakibatkan upaya pengendalian tidak dilakukan. Akibatnya kerusakan
atau kematian tanaman makin meningkat setiap tahun
Hasil pengamatan menunjukkan setidaknya dua kebun memiliki indikasi
terserang oleh penyakit JAP ini yaitu di kebun Desa Tae dengan persentase
serangan (berdasarkan tubuh buah dan tanaman tumbang) sebesar 15 % (3 tanaman
tumbang atau terdapat tubuh buah dari 20 pohon sampel) dan di Desa Palem Jaya
Kebun 1 dengan persentase serangan sebesar 30 (6 tanaman tumbang dan atau
terdapat tubuh buah).
Gambar Beberapa gejala serangan penyakit JAP di lapangan
Penyakit
pecah batang merupakan penyakit karet
yang sering ditemukan pada kebun-kebun karet di Kalimantan Barat. Penyakit ini
mudah dikenali dengan adanya kulit-kulit batang karet yang pecah dan terkadang
mengeluarkan gum (cairan lateks). Penyakit ini disebabkan oleh beberapa
jamur seperti Fusarium dan Botryodiplodia. Beberapa serangan
seringkali dijumpai pada bagian kaki gajah tanaman. Serangan penyakit ini
menyebabkan permukaan kulit menjadi rusak dan sulit untuk disadap atau bahkan
tidak bisa disadap.
Penyakit-Penyakit Bidang Sadap
Penyakit-penyakit bidang sadap adalah gangguan yang menyerang pada
panel sadap dan menyebabkan getah karet berkurang atau tidak ada sama sekali.
Penyakit bidang sadap dapat disebabkan oleh faktor patogenik maupun faktor
non-patogenik/fisiologis tanaman. Beberapa penyakit bidang sadap yang umum
dijumpai adalah penyakit kanker garis yang disebabkan oleh jamur Phytophthora
sp, penyakit Mouldy Rot yang disebabkan oleh jamur Ceratocystis
fimbriata dan penyakit kering alur sadap yang hingga saat ini diduga disebabkan
oleh gangguan fisiologis dikarenakan over sadap. Ketiga penyakit ini juga
dijumpai pada kebun-kebun sampel yang diamati. Penyakit kanker garis dapat
dilihat dari adannya garis-garis vertikal berwarna merah tua pada bagian panel
yang telah sadap. Penyakit Mouldy Rot dapat dilihat gejalanya berupa lapisan
beludru putih keabu-abuan pada bagian tepat diatas irisan sadap baru. Sedangkan
penyakit KAS dapat dikenali dengan adanya tanaman sehat yang tidak mengeluarkan
getah sama sekali.
Selain itu perlu diperhatikan pula bahwa keterampilan sadap yang
kurang baik dimana pisau sadap menyadap terlalu dalam sehingga mengenai bagian
kayu dapat menyebabkan kerusakan pada bagian permukaan bidang sadap. Hal ini
diketahui dari permukaan kulit pulihan yang tidak rata dan berbenjol-benjol.
Kerusakan ini sangat dominan di kebun-kebun karet yang diamati.
Gambar Beberapa kerusakan
pada bagian panel sadap
OPT Lain yang Dijumpai
Selain OPT utama diatas, beberapa OPT lain yang dijumpai antara
lain adalah penyakit Jamur Upas, hama rayap dan penggerek batang.
Gambar Beberapa
gejala serangan OPT lain (Rayap, penggerek batang dan Kudis)
Untuk memperkuat data pengamatan, maka petugas BPTP Pontianak
melakukan pengambilan sampel tanah untuk mengetahui kondisi tanah baik jenis
maupun pH untuk diteliti lebih lanjut. Pengamatan sampel dilakukan dengan cara
menggali tanah sedalam kurang lebih 20 cm dan mengambil tanah dari dalam lubang
sebanyak sekitar 500-1.000 gram kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah
disiapkan dan diberi label. Sampel kemudian akan diamati di laboratorium.
|
|
Gambar Pengambilan
sampel tanah
Wawancara petani pemilik kebun selalu dilakukan di setiap kebun
sampel yang dikunjungi. Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara
melakukan perbincangan dan pengisian quisioner yang telah disiapkan. Materi
wawancara lebih menitikberatkan untuk mencari tahu status dan data kebun serta
metode pemeliharaan yang dilakukan oleh petani. Data yang diperoleh penting
untuk mengetahui latar belakang penyebab suatu masalah yang terjadi di suatu
kebun, menganalisisnya dan mennghubungkan dengan data-data primer lainnya untuk
memberikan suatu gambaran serta solusi dari permasalahan yang ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar