Dalam rangka peningkatan kapabilitas petugas pengamat
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan petugas teknis Balai Proteksi Tanaman
Perkebunan (BPTP) Pontianak, BPTP Pontianak pada tahun anggaran 2023
melaksanakan kegiatan Bimbingan Teknis Petugas Perlindungan Perkebunan BPTP
Pontianak pada tanggal 27 Februari 2023 dengan bertempat di The Hall Convention
Centre Qubu Resort Jl Arteri Supadio Nomor 16 Kabupaten Kubu Raya.
Bimbingan
Teknis Pontianak diikuti oleh seluruh petugas UPPT dan petugas teknis BPTP Pontianak
serta dilaksanakan mulai pukul 07.30 WIB hingga selesai oleh beberapa
narasumber dengan materi meliputi :
1.
Sambutan
Kepala BPTP Pontianak
2.
Program
Kerja BPTP Pontianak T.A. 2023 oleh Kepala BPTP Pontianak
3.
Komunikasi
Pertanian oleh Dr. Iwan Sasli, S.P., M.Si
4.
Pengamatan
dan Pelaporan OPT Perkebunan Oleh Ir. Evy Taviana PS, MSi
5.
Workshop
Pelaporan OPT Perkebunan Oleh Ir. Evy Taviana PS, MSi
6.
Early
Warning System oleh Erwin Irawan P, S.P
7.
Pengendalian
OPT oleh Erlan Ardiana Rismansyah
8.
Dinamika Kelompok
oleh M. Salman Akhyar, S.Si
Merujuk
pada penugasan dengan surat tugas nomor 477/TU.040/E5.6/02/2023 dan surat nomor
517/TU.040/E5.6/02/2023 (surat penugasan terlampir), Sdr. Koordinator
BPT ditunjuk sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut dengan
materi Pengendalian OPT. Adapun isi ringkasan materi tersebut adalah sebagai
berikut :
Materi
Pengendalian OPT yang disampaikan dalam bentuk presentasi secara khusus
membahas tentang Pengendalian Penyakit Gugur Daun Karet Pestalotiopsis
serta perkembangan kegiatan pengendalian yang telah dilaksanakan oleh BPTP
Pontianak sejak 2019 hingga saat ini.
Sebagaimana
diketahui bahwa tanaman karet merupakan salah satu andalan komoditas perkebunan
di Provinsi Kalimantan Barat dimana luas areal pertanaman karet di Provinsi
Kalimantan Barat mencapai 597.587 hektar dengan pola pengusahaan perkebunan
rakyat oleh 319.396 orang pekebun (Data Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan
Barat, tahun 2015). Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir, Industri
perkebunan karet alam menghadapi tantangan berat karena melemahnya harga karet
di pasar global. Kondisi ini diperparah dengan munculnya serangan penyakit
tanaman yang mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman. Baru-baru ini,
terjadi serangan penyakit gugur daun karet yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp yang awalnya diduga
disebabkan oleh Jamur Fusicoccum sp.
Jamur tersebut menyebabkan defoliasi daun dari kebanyakan klon yang ditanam di
perkebunan karet di Sumatera sebagai daerah penghasil karet utama di Indonesia.
Penyakit
gugur daun Fusicoccum dan Pestalotiopsis ini pertama kali outbreak di perkebunan karet Malaysia
pada tahun 1987 dan 2003. Sedangkan di Indonesia penyakit gugur
daun outbreak pertama kali pada tahun 2016 menyebar dari pertanaman
karet di Sumatera Utara sampai Sumatera Selatan. Sampai dengan pertengahan
tahun 2018, serangan penyakit ini menyebar ke Lampung, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tengah. Total luas serangan
penyakit ini lebih dari 22.000 Ha sehingga menyebabkan kehilangan kanopi
tanaman > 50% dan kehilangan produksi lateks > 25%. Di Provinsi
Kalimantan Barat penyakit ini diduga telah menyebar di seluruh sentra penanaman
karet dengan luas serangan mencapai 2.537,97 hektar dan upaya pengendalian yang
dilaksanakan telah mencapai 360 hektar.
Penyakit
GDK Pestalotiopsis disebabkan oleh jamur patogen Pestalotiopsis dan memiliki
gejala serangan sebagai berikut :
1.
Menyerang pada daun yang
tua/mature
2.
Terbentuknya bercak berukuran
0,5-2 cm yang terutama melebar sehingga jaringan di sekitar bercak mengalami
nekrosis (kematian jaringan) pada bagian tengah daun
3.
Helaian daun menguning yang
terjadi secara sporadis dan kemudian daun menjadi gugur atau tidak terjadi
perubahan warna
Kondisi
lingkungan yang mendukung perkembangan penyakit adalah kelembaban nisbi udara
dan curah hujan yang tinggi. Kondisi tanaman yang lemah, kekurangan nutrisi,
sistem eksploitasi yang berat dan pengendalian penyakit sebelumnya yang tidak
tuntas yang menyebabkan penyakit ini semakin parah.
Terdapat
3 tehnik pengendalian GDK pestalotiopsis yang harus dilaksanakan yaitu Pemupukan,
Pengasapan dan Penyemprotan daun karet yang gugur di permukaan tanah.
1. PEMUPUKAN
Pemupukan
bertujuan untuk mempercepat tanaman karet menumbuhkan daun-daun yang baru.
Pemupukan dilaksanakan 2 kali dalam satu tahun dengan jumlah pupuk yang
diberikan sebesar pupuk standar + 25% yaitu sebagai berikut:
a. Pupuk N (urea) sebanyak 437,5 gram per pohon atau 218,75 kg per hektar
b. Pupuk P sebanyak 375 gram per pohon atau 187,5 kg per hektar
c. Pupuk K (KCl) sebanyak 312,5 gram per pohon atau 156,25 kg per hektar
d. kapur pertanian sebanyak 98,75 gram per pohon 49,375 kg per hektar
2. PENGASAPAN FOGGING GDK KARET
Pengasapan
menggunakan fogging merupakan pengendalian yang bertujuan untuk melindungi
daun-daun yang baru muncul dan daun dewasa yang masih berada di bagian atas
tanaman, sekaligus mengendalikan jamur penyakit. Pengendalian pengasapan
menggunakan alat berupa fogging.
Untuk
sekali membuat larutan fogging dibutuhkan
: Solar 4 liter, Fungisida 500 ml, Emulgator 100 ml, Air 1.000 ml (1
liter). Selain bahan tersebut, untuk menyalakan alat fogging juga membutuhkan 1
buah busi, 4 buah baterai tipe D (baterai besar), dan bensin murni sebagai
bahan bakar.
Waktu aplikasi :
Aplikasi
pengasapan sebaiknya dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan interval 1-2 bulan. Pengasapan
dilaksanakan pada malam hari (idealnya) tetapi dapat juga dilaksanakan pada
sore menjelang malam (jam 18.00) sampai pagi (jam 06.00). pelaksanaan oleh 3
orang dengan rincian 1 orang mengoperasionalkan alat dan 2 orang memandu.
3. PENYEMPROTAN PERMUKAAN TANAH
Selain
melaksanakan pengasapan untuk pengendalian penyakit yang ada di bagian atas
tanaman, pengendalian juga dilakukan terhadap daun-daun yang gugur diatas
permukaan tanah yang masih mengandung jamur penyakit. Aplikasinya dengan cara
penyemprotan menggunakan sprayer punggung.
Selain tehnik pengendalian Penyakit GDK Pestalotiopsis, disampaikan pula kegiatan pengendalian Penyakit GDK Pestalotiopsis oleh BPTP Pontianak sejak tahun 2019 hingga 2022.
Setelah
penyampaian materi presentasi, maka dilakukan sesi tanya jawab dimana salah
satu pertanyaannya adalah tentang kemungkinan penggunaan injeksi batang sebagai
alternatif pengendalian selain metode pengendalian yang sudah dilaksanakan.
Hasil diskusi diperoleh bahwa penggunaan injeksi batang kurang direkomendasikan
dan terlihat tidak begitu cocok untuk penyakit GDK Pestalotiopsis mengingat
bahwa tanaman karet merupakan tanaman yang termasuk kelompok dikotil dan
memiliki jaringan kayu yang rentan terhadap kerusakan bila dilakukan
pengeboran, selain itu penggunaan tehnik ini berarti bahwa setiap tanaman harus
dilakukan perlakuan sehingga sangat berat untuk dilakukan terlebih bahwa
penyakit GDK ini menyebar dengan metode tular udara sehingga bila terdapat
kebun yang terserang maka hampir semua tanaman harus diberi perlakuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar