Dimasa ini penggunaan pestisida nabati merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan produk pestisida di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh penggunaan pestisida sintetis yang efektif semakin berkurang. Penggunaan pestisida sintetis yang kurang tepat akan mengakibatkan terjadinya resistensi serangga sasaran, musnahnya musuh alami dan organisme bukan sasaran, hingga terjadinya pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dipakai/digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah penggunaan bahan agrokimia yang dapat mengalami biodegradasi. Sejalan dengan makin besarnya tuntutan akan penggunaan bahan yang aman terhadap lingkungan, maka bahan agrokimia tidak boleh meninggalkan residu yang merugikan keamanan jasad non sasaran karena mudah terdegredasi secara alami setelah penggunaannya.
Produk alam nabati, merupakan bahan yang dapat memenuhi tuntutan tersebut. Salah satu bahan yang berpotensi sebagai pestisida nabati adalah asap cair. Asap cair merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu. Cara yang paling umum digunakan untuk menghasilkan asap pada pengasapan makanan adalah dengan membakar serbuk gergaji kayu keras dalam suatu tempat yang disebut alat pembangkit asap kemudian asap tersebut dialirkan ke rumah asap dalam kondisi sirkulasi udara dan temperatur yang terkontrol (Sink dan Hsu, 1977). Seperti yang dilaporkan Darmadji dkk (1996) yang menyatakan bahwa pirolisis tempurung kelapa menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa fenol sebesar 4,13 %, karbonil 11,3 % dan asam 10,2 %.
Asap Cair Tempurung Kelapa
BERAGAM MANFAAT DARI ASAP CAIR
Asap cair atau cuka kayu ternyata memiliki berbagai manfaat yang bisa digunakan di berbagai bidang industri seperti pangan, pengawetan, bangunan, pestisida dan lain-lain, hanya sayangnya terbatasnya informasi dan pengetahuan menyebabkan potensi asap cair yang demikian besar belum termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
Sebagai pemberi aroma (flavor) dan pengawet makanan
Asap cair memiliki manfaat besar sebagai pemberi aroma khusus (rasa sedap) dan pengawet makanan karena memiliki sifat anti mikroba dan anti oksidan dan digunakan sebagai alternatif pengganti dari penggunaan formalin. Aplikasi asap cair cukup luas digunakan sebagai pengawet pada makanan daging, ikan dan makanan lainnya dan telah diterapkan di Amerika Serikat, Eropa, Australia dan Afrika. Asap cair yang digunakan dalam industri pangan harus dimurnikan dari komponen yang bersifat toksik dan karsogenik bagi manusia melalui proses redestilasi.
Sebagai Penggumpal Lateks dan Pengawet Kayu
Asap cair bersifat asam dapat digunakan sebagai alternatif pengganti dari asam semut untuk menggumpalkan lateks hasil sadapan karet. Kemampuan anti bakteri yang dimiliki asap cair dapat mencegah bau busuk karet yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegredasi protein di dalam karet menjadi amonia dan sulfida. Pemakaian asap cair dapat meningkatkan mutu karet karena mengurangi kadar kotoran dan nitrogen serta meningkatkan plastisitas.
Sebagai Pestisida nabati
Asap cair mengandung berbagai macam senyawa bersifat antioksidan, anti mikroba dan anti toksik antara lain senyawa fenolik, aldehid, keton, alkohol, asam organik, ester, tar, poliaromatik hidrokarbon (PAH) dan senyawa benzopiren sehingga berpeluang digunakan sebagai bahan pestisida.
Sebagai Fungisida, dari beberapa literatur penelitian diketahui asap cair memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas jamur patogen tanaman seperti Alternaria, Rhizoctonia solani, Sclerotium oryzae, Helmintosporium maydis, Phytium sp, Colletotrichum gloeosporioides, Ganoderma, Phytophthora spp, dan berbagai jenis jamur lainnya.
Sebagai Insektisida dan Repellen, Asap cair juga ditemukan menjadi racun bagi semua serangga yang diuji dan dapat mengendalikan serangga dari plot jagung manis dan juga dilaporkan dapat menolak/mengendalikan tikus dalam percobaan di Jepang. Laporan penelitian di Finlandia menunjukkan kemampuan repelensi asap cair terhadap siput. Pada pengujian yang lain dilaporkan juga mampu membunuh telur kutu daun Myzus persicae, mengusir Trioza apicalis dan tidak beracun terhadap tungau predator Amblyseius. Senyawa fenolik yang terkandung dalam asap cair diduga berperan penting dalam fungsinya sebagai insektisida. Hasil penelitian Indrayani dkk (2012) menunjukkan asap cair dari bahan tandan kosong kelapa sawit dapat berperan sebagai biotermitisida yang mampu memerangi rayap tanah (Coptotermes sp), sebuah genus penting dari keluarga rayap yang menyerang bangunan dan tanaman perkebunan.
Sebagai Herbisida dan Perangsang Tumbuh. Asap cair ternyata juga menunjukkan efek herbisida pada berbagai spesies gulma. Percobaan awal di lapangan menunjukkan bahwa cairan pirolisis yang terbuat dari kayu dapat digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar. Pada konsentrasi yang tinggi dapat membunuh sel-sel tanaman dan pada dosis yang rendah dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Percobaan di Cina telah menunjukkan bahwa asap cair dari limbah biomassa dapat digunakan sebagai pupuk daun untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanaman seledri. Campuran arang (Biochar) dan asap cair dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman.
Nilai Ekonomis Asap Cair
Usaha pembuatan asap cair merupakan suatu ladang udaha yang memiliki prospek yang cerah khususnya di Kalimantan Barat, dimana bahan bakunya diperoleh dari limbah-limbah kelapa yang kurang dimanfaatkan. Asap cair adalah hasil dari pembakaran tempurung kelapa dengan melalui berbagai proses sehingga menghasilkan asap cair. Dari 30 kg tempurung kelapa akan didapatkan asap cair sebesar 1 liter. Terlebih saat ini pemerintah sedang menggalakkan pembatasan penggunaan formalin terutama terhadap makanan. Dengan begitu asap cair merupakan salah satu pilihan untuk mengawetkan makanan yang memiliki resiko kecil.
Proses pertama mengubah tempurung kelapa menjadi asap cair dilalui dengan pembakaran pada bersuhu 400-500 derajat celcius. Asap cair kemudian didestilasi sehingga dihasilkan embun asap hasil pembakaran dan ditampung menjadi asap cair. Prosesnya memakan waktu hingga 8 jam untuk menghasilkan asap cair kelas 2. Pada saat ini harga asap cair relatif terjangkau dengan kisaran harga 20-30 ribuan per liter.
(erlan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar