PENDAHULUAN DAN LATAR
BELAKANG
Desa
Teluk Pakedai Hulu merupakan salah satu sentra komoditas perkebunan kelapa
dalam dan hibrida di Kabupaten Kubu Raya dengan luas areal secara statistik
mencapai 2700 hektar. Salah satu kendala dalam produktivitas kelapa dalam dan
hibrida di daerah tersebut adalah adanya serangan hama dan penyakit yang
menyebabkan berkurangnya hasil kelapa/kopra dari komoditas tersebut.
Berdasarkan
laporan instansi BPP Pertanian Teluk Pakedai (a/n. Bapak Musoleh) pada tanggal
21 Agustus 2017 melalui SMS kepada petugas UPPT Sui Kakap telah terjadi
serangan OPT kelapa di daerah Desa Teluk Pakedai Hulu dan meminta untuk dilakukan
monitoring serangan OPT tersebut beserta kemungkinan dilakukannya pengendalian.
Menindaklanjuti
hal tersebut maka petugas UPPT Sui Kakap (a/n. Julianto) telah melakukan survei
awal pengamatan OPT kelapa pada tanggal 4 September 2017 dan langsung dilaporkan
ke BPTP Pontianak pada tanggal 7 September 2017 melalui fasilitas Klinik
Tanaman BPTP Pontianak dan (Laporan sementara Eksplosi OPT)
Kemudian
pada tanggal 8-9 September 2017 dilakukan kunjungan lapangan oleh Analis
Laboratorium OPT BPTP Pontianak (Erlan Ardiana R) dan petugas UPPT Sui Kakap
untuk mengetahui secara detail tingkat kerusakan di lokasi serangan.
HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN
Kunjungan
lapangan dilakukan pada tanggal 8-9 September 2017 oleh 2 petugas yaitu Erlan
Ardiana R (Analis Laboratorium OPT) dan petugas UPPT Sui Kunyit (Julianto).
Kunjungan lapangan dilakukan di lokasi serangan OPT kelapa sesuai dengan
laporan dari BPP yaitu di daerah Parit Giwang, Desa Teluk Pakedai Hulu.
Secara
topografi, Dusun Parit Dewang merupakan daerah Transmigrasi dengan didiami oleh
sekitar 100 KK yang komposisi mencakup 50 % penduduk lokal dan sisanya
merupakan penduduk transmigrasi. Dari Kantor Desa Ke lokasi berjarak sekitar 5
km dan bisa dilalui menggunakan sepeda motor atau dengan motor air.
Sebagai
daerah transmigrasi, dusun parit giwang merupakan basis pertanian dan
perkebunan, dimana sebagian penduduk merupakan petani dan memiliki lahan.
Komoditas yang banyak ditanam pada awalnya adalah tanaman kelapa akan tetapi
akhir-akhir ini ditanam juga kelapa sawit.
Hasil
pengamatan di lapangan dan juga korespondensi dengan petani, terdapat serangan
kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) pada kebun-kebun kelapa dan kelapa
sawit petani. Gejala serangan ditandai dengan adanya bekas guntingan pada
pelepah kelapa dan pada serangan yang berat janur dan titik tumbuh mengalami
kematian dan hanya meninggalkan batang-batang yang sudah mati tapi tetap
berdiri tegak (gambar serangan terlampir). Hasil wawancara dengan salah satu
penduduk yaitu Bapak Sangka dilaporkan bahwa serangan kumbang kelapa sudah
terjadi sejak 2 tahun yang lalu (2015) seiring dengan mulai dibukanya lahan
hutan untuk dijadikan perkebunan sawit oleh perusahaan swasta. Akibat serangan
kumbang tersebut telah menyebabkan matinya tanaman kelapa yang ia miliki dari 9.000
batang kelapa menjadi hanya 3.000 kelapa saja, yang berarti sisanya mati karena
terserang kumbang kelapa.
Hasil
wawancara lanjutan dengan bapak Rohimat yang merupakan mantan ketua RT setempat
dilaporkan bahwa akibat serangan kumbang kelapa tersebut banyak tanaman kelapa
yang mati dan penduduk mulai mengganti komoditas tanaman perkebunan menjadi
tanaman kelapa sawit. Meski demikian pada saat ini tanaman kelapa sawit yang
berumur 2-3 tahun (TBM) banyak mengalami serangan kumbang kelapa juga. Hal ini
ditandai dengan adanya pangkal-pangkal pelepah sawit yang terpotong akibat
gigitan kumbang kelapa.
Menurut
bapak Along sebagai ketua RT saat ini, serangan ini sudah merata pada semua
lokasi tanaman perkebunan kelapa dan kelapa sawit, tanpa adanya pengendalian
yang memadai dari penduduk dikarenakan kurangnya informasi dan pembinaan dari
instansi terkait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar