Selasa, 04 September 2012

Studi OPT Penting Tanaman Lada dan Pengendaliannya di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang


Pendahuluan
Usaha tani lada dalam perkembangannya mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan pasar internasional dan nasional. Mulai tahun 90-an, kemampuan Indonesia memasok kebutuhan lada dunia terus menurun dan sejak tahun 2000 posisi Indonesia telah digantikan oleh Vietnam sebagai pemasok lada hitam. Pada tahun 2001, Indonesia hanya mampu memenuhi 27% kebutuhan dunia. Isu nasional akibat penurunan ini antara lain karena tingkat produktivitas tanaman dan produksinya yang rendah, tingginya tingkat kehilangan hasil lada akibat serangan hama dan penyakit, usaha tani yang belum efisien dan masih rendahnya proses alih teknologi ke tingkat petani (Media Perkebunan Edisi Juni-Juli 2005)
Perkebunan lada di Indonesia umumnya (98%) merupakan perkebunan rakyat. Masalah yang dihadapi oleh perkebunan rakyat antara lain pemilikan lahan yang sempit, pemeliharaan seadanya, terbatasnya sarana/prasarana, kurangnya pengetahuan serta ketrampilan untuk mengembangkan usaha atau dengan kata lain yang mereka lakukan adalah berkebun, belum mengusahakan perkebunan. Akibatnya produktivitas tanaman dan pendapatannya tetap rendah bahkan cenderung menurun di beberapa tahun terakhir. Menurut data statistik perkebunan tahun 2007, rata-rata produksi lada di Lampung adalah 485 kg/ha, di Kalimantan Barat 1.063 kg/ha, dan di Bangka 783 kg/ha (Dyah Manohara dan Dono Wahyuno, 2009).
Tanaman lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada “black pepper”. Meskipun tanaman ini bukan berasal dari Indonesia, namun keberadaannya sangat penting dalam menunjang perdagangan luar negeri. Tentu kita masih ingat apa motivasi para penjajah dari negara Eropa yang malakukan perjalanan jauh guna mencari bahan rempah-rempah tersebut. Hal itu telah membuktikan betapa pentingnya peran lada dalam perekonomian. Lada sangat dibutuhkan terutama sebagai produk rempah-rempah, maupun bahan baku industri produk lain.

Namun demikian, upaya pengembangan produksi lada dalam negeri selalu mengalami kendala. Sebagian besar kendala dikarenakan karena kurangnya pemeliharaan tanaman serta adanya gangguan berbagai macam organisme pengganggu tumbuhan pada tanaman lada baik hama, penyakit maupun gulma. Upaya pengendalian OPT lada tidak terlepas dengan kegiatan monitoring opt dan pembinaan petani yang dilakukan secara rutin dan konsisten. Data hasil pengamatan dapat digunakan sebagai data untuk mengup to date kondisi perlindungan tanaman khususnya dalam rangka sistem peringatan dini (EWS) bagi petani dan pelaksana perlindungan perkebunan.

Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis organisme pengganggu tumbuhan penting pada kebun lada rakyat di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang serta upaya pengendaliannya.

Waktu dan Tempat
Kegiatan pengamatan OPT penting tanaman lada ini dilaksanakan di lokasi Desa Sungai Jaga A, Sungai Jaga B, Sungai Duri Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang bersama-sama dengan petugas UPPT pada tanggal 1-5 Mei 2012. Data hasil pengamatan lapangan kemudian diolah dan dianalisis di Laboratorium Lapangan BPTP Pontianak pada bulan Juli 2012.
Metode Kegiatan
Kegiatan monitoring opt penting lada ini dilakukan dengan metode survei dan wawancara dengan petani lada serta analisis data hasil pengamatan

HASIL KEGIATAN
Gambaran Umum Pertanaman Lada di Kecamatan Sungai Raya
Di Kecamatan Sungai Raya, tanaman lada umumnya diusahakan secara intensif baik oleh petani. Di lokasi kegiatan, lada diusahakan pada tanah podsolik merah kuning bekas lahan karet yang miskin hara, di lereng-lereng bukit dengan kemiringan 20%. Curah hujan 3.000 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 180. Fluktuasi suhu rata-rata 22-32C.


Luas kebun lada yang dimiliki oleh petani di lokasi pengamatan (direpresentasikan dengan jumlah tanaman) berkisar antara 200-1000 batang, dengan varietas yang ditanam bervariasi antara lada daun sempit dan lada daun lebar, selain itu bahkan ada yang bercampur antar varietas.
Tajar yang digunakan oleh petani antara lain berupa tajar hidup yaitu batang karet, gamal, dadap serta tajar mati berupa batang karet. Pemangkasan tajar biasanya dilakukan 3 bulan sekali.
Untuk bibit yang digunakan berasal dari pembibitan stek dari tanaman yang ditanam oleh petani sendiri. Umumnya tanaman yang hendak dijadikan untuk bibit berumur sekitar 2 tahun. stek diambil 4-5 buku/ruas yang baik dan telah berakar dan 2 buku setek ditanam di dalam tanah.
Pupuk organik hanya digunakan pada awal pertanaman ketika hendak melakukan penanaman. Adapun pupuk anorganik diberikan tidak secara teratur dan biasanya pada saat tanaman berbunga atau setelah panen. Jenis pupuk yang digunakan antara lain: KCl, NPK, dan pupuk organik berupa abu kotoran sapi.
Tindakan pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan gulma, pemangkasan dan pembuatan drainase. Saluran drainase dibuat agar tidak terjadi genangan air. Sedangkan pemangkasan dilakukan untuk menghilangkan sulur yang tidak bercabang.
Tehnik budidaya yang dapat merugikan tanaman diantaranya pelukaan akar yang terjadi akibat penyiangan bersih maupun pelukaan selama pembuatan parit untuk pemupukan. Sistem penyiangan bersih juga membantu penyebaran propagul inokulum dan memperbesar proses infeksi daun yang dekat permukaan tanah yaitu melalui percikan air hujan. Kebun lada terletak di lokasi tanah miring yang tidak dilengkapi dengan parit melintang, maka air hujan akan mengalir dengan leluasa pada permukaan tanah yang licin dan bila diatas lereng terdapat tanaman yang sakit, maka besar kemungkinannya spora (zoospora) yang dihasilkan akan menyebar dan menginfeksi tanaman lada lainnya yang berada di lereng bagian bawah.
Lemahnya kondisi tanaman akibat pelukaan akar yang intensif dan jaringan tanaman yang sukulen akibat pemupukan N (urea) yang berlebihan merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi Phytophthora pada tanaman lada.

PENGAMATAN OPT PENTING TANAMAN LADA
Hasil pengamatan OPT penting tanaman lada yang terdapat di Kecamatan Sungai Raya meliputi hama Penggerek cabang lada, penghisap bunga, penghisap buah, kutu, rayap, penyakit busuk pangkal batang, penyakit kuning, penyakit kerdil dan keriting, penyakit ganggang pirang, penyakit ekor kuda (Marasmius sp), penyakit jaring laba-laba (Marasmius sp).
Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phytophthora capsici)
Penyakit busuk pangkal batang masih merupakan penyakit utama yang menyerang tanaman lada di kecamatan Sungai Raya dan sangat dikeluhkan oleh petani lada di daerah tersebut. Penyakit biasanya menyerang tanaman bagian pangkal batang dan akar. Namun dalam keadaan tertentu dapat juga menyerang bagian daun, cabang dan buah. Infeksi pada bagian pangkal batang biasanya terjadi kurang lebih setinggi 30 – 35 cm dari permukaan tanah. Serangan terbesar biasanya terjadi pada saat musim hujan. Karena pada saat itu, cuaca yang ada sangat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan patogen pada tanaman. Penampakannya bisa kita lihat apabila pangkal batang diiris secara membujur terlihat garis-garis yang berwarna coklat kehitam-hitaman dan kemudian membusuk. Gejala serangan dini pada bagian batang maupun akar sulit diketahui. Gejala yang khas dari penyakit ini adalah kelayuan tanaman. Infeksi pada pangkal batang menyebabkan terjadinya perubahan wana kulit menjadi hitam. Pada keadaan lembab, gejala hitam tersebut nampak seperti berlendir berwarna agak biru. Kulit pangkal batang tersebut kadang-kadang terlepas dan tinggal jaringan pembuluh yang berwarna coklat. Daun-daun yang layu seringkali tetap tergantung dan berubah warna coklat sampai hitam.

Pada tingkat serangan yang berat, seluruh bagian dari batang dan akar yang terserang akan mengalami pembusukan. Patogen ini akan merusak jaringan Xylem dan Phloem sehingga translokasi hara dan air ke daun dan translokasi hasil metabolis dari daun ke seluruh bagian tanaman menjadi terhambat. Akibatnya daun menjadi layu, kemudian daunnya gugur dan berakhir dengan kematian. Berdasarkan proses kelayuannya, serangan BPBL membuat daun menjadi menguning dan diikuti dengan gugurnya daun-daun. Gugurnya daun berangsur-angsur dari bagian tengah berwarna abu-abu. Daun yang terserang kemudian menjadi keriput dan akhirnya gugur.


Data hasil pengamatan pada bulan Mei 2012 serangan penyakit busuk pangkal batang di UPPT Sungai Raya diperkirakan mencapai luas 8 hektar. Upaya pengendalian yang dilakukan tidak banyak dilakukan kecuali dalam bentuk eradikasi tanaman mati dan terkadang penggunaan fungisida. Beberapa jenis fungisida yang tercatat digunakan oleh petani untuk mengendalikan penyakit ini antara lain Ridomil,  Furadan  dan Dithane.

Penyakit Kuning
Gejala awal kuning lada ditandai oleh pertumbuhan tanaman yang terhambat diikuti oleh perubahan daun. Daun sakit yang berwarna hijau berubah menjadi kuning pucat (tingkat serangan ringan), kemudian pada tingkat serangan sedang daun-daun menjadi kuning  yang berawal dari daun yang terdapat di bagian bawah lalu meluas ke bagian atas tanaman. Selanjutnya seluruh daun berwarna kuning, rapuh menekuk ke arah batang dan secara berangsur-angsur daun gugur sehingga tanaman menjadi gundul pada tingkat serangan yang berat.

Gejala pada perakaran ditandai dengan berkurangnya akar-akar rambut sehingga tampak perakarannya menjadi jelek. Pada akar yang tertinggal terdapat nekrosis dan puru akar sebagai ciri keberadaan nematoda parasit.

Penyakit kuning pada lada disebabkan oleh gabungan tiga faktor penyebab yaitu nematoda parasit (Radopholus similis dan Meloidogyne incognita), cendawan (Fusarium spp) dan kekurangan unsur hara dalam tanah yang terakhir ini ditandai oleh tingkat kesuburan yang rendah dan kekurangan bahan organik serta kandungan pasir dalam tanah tinggi.

Serangan penyakit kuning (intensitas serangan ringan hingga berat) pada bulan Mei 2012 di UPPT Sungai Raya diperkirakan seluas 34 hektar. Upaya pengendalian yang dilakukan adalah dengan menaburkan fungisida berbentuk granule  pada sekeliling pangkal tanaman lada. Fungisida yang digunakan adalah Furadan 3 G.

Penyakit Keriting dan Penyakit Kerdil
Pada beberapa kebun seringkali ditemukan tanaman yang mempunyai kelainan bentuk pada daun pucuk dan tunas-tunas muda. tanaman yang sudah terserang lama daun-daun pucuk yang keluar dari tunas menunjukkan gejala mosaik, kelainan bentuk kecil-kecil, sempit, ada yang berbentuk bulat sabit asimetris, berkerut hingga keriting dan umumnya rapuh. Pada daun yang tumbuh normal tampak bercak-bercak kuning bersudut tidak teratur. Tunas-tunas yang tumbuh beruas pendek. Tandan bunga (buah) juga pendek, kerdil dan buahnya kecil serta jarang. Pada serangan yang berat pertumbuhan tanaman tampak kecil dan cabang-cabang tumbuh berlebihan dengan kelainan daun yang kecil-kecil dan kaku, kadang-kadang menggulung ke bawah (seperti kerupuk)  dan kadang-kadang juga tanpa daun sama sekali. Gejala-gejala tersebut merupakan gejala penyakit Keriting dan kerdil yang menyerang tanaman lada dan dilaporkan merupakan penyakit terpenting di Indonesia ketiga setelah busuk pangkal batang dan penyakit kuning. Diduga penyakit penyakit ini adalah virus.
Meskipun penyakit ini dijumpai di lapangan, akan tetapi belum ada data secara resmi berapa luas serangan penyakit ini di kecamatan Sungai Raya. Sementara ini upaya pengendalian belum banyak dilakukan. Petani biasanya hanya melakukan pencabutan tanaman terserang atau eradikasi

 
Penyakit Septobasidium sp
Dari hasil pengamatan di lapangan gejala penyakit Septobasidium sp mudah terlihat baik pada bagian daun, batang primer, batang sekunder, ranting bahkan pada buah. Penyakit ini tersebar di semua lokasi kebun lada yang diamati dengan intensitas serangan yang bervariasi dari ringan hingga berat.
Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain adalah tumbuhnya jamur yang berwarna coklat pada bagin tanaman. Seringkali jamur hingga menyelimuti bagian keseluruhan bagian-bagian tanaman tersebut. Pertumbuhan bagian tanaman dari ranting yang terserang menjadi terhenti dan bagian ranting tanaman yang terserang akan perlahan-lahan menjadi mati. 
Gejala serangan terdokumentasi sebagai dibawah ini:

Penyakit ganggang pirang ini sangat merugikan petani karena dapat menyebabkan kematian cabang-cabang produksi. Akibatnya pertumbuhan terhambat dan bisa menurunkan hasil sekitar 20%. Adakalanya serangan terjadi pada sulur panjat yang ditandai dengan terdapatnya lapisan jamur berwarna pirang.
Dari hasil pengamatan di lapangan maka di perkirakan luas serangan penyakit Septobasidium pada tanaman lada di kecamatan Sungai Raya adalah 76,36 % x 140 hektar = 106,9 hektar. Data ini hampir 2 kali lipat dari hasil pengamatan petugas lapangan UPPT yang hanya sebesar 59 hektar. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan metode penilaian intensitas serangan ketika melakukan pengamatan.
Saat ini upaya pengendalian penyakit ini ialah melakukan pemangkasan ranting terserang dan pengolesan dengan fungisida.
Penyakit Jaring Laba-Laba dan Rambut Ekor Kuda
Saat ini banyak petani melaporkan gejala penyakit berupa adanya rizomorf jamur berwarna hitam seperti rambut yang menempel pada ranting, cabang, tangkai daun dan daun, dan menyebabkan bagian tanaman yang tertempeli tersebut menjadi mati berlahan-lahan. Dari hasil wawancara dengan petani, penyakit ini dirasakan cukup meresahkan karena dapat menimbulkan kematian pada tanaman lada, bahkan dinilai lebih membahayakan dibandingkan penyakit ganggang pirang. Penyakit jaring laba-laba dan Rambut Ekor Kuda pada tanaman lada tampaknya tidak berbeda dengan penyakit yang sama yang menyerang tanaman kakao. Menurut Kueh et al (1993) penyakit ini disebabkan oleh jamur dari genus Marasmius. Data luas serangan hingga saat ini belum diketahui. Demikian pula upaya pengendalian yang dilakukan hanya dalam bentuk pemangkasan ranting saja.
 
 
 
Hama Penggerek Batang Lada
Hama penggerek batang (Lophobaris piperis) tersebar hampir di seluruh daerah pertanaman lada di lokasi penanaman lada di Sungai Raya. Penggerek batang merupakan hama yang paling merugikan saat ini dengan luas serangan mencapai 28 hektar, terluas dibandingkan jenis hama yang lain. Larvanya menggerek batang dan cabang, dan pada serangan berat dapat menyebabkan kematian tanaman. Serangga dewasa menyerang pucuk, bunga, dan buah sehingga dapat menurunkan produksi dan kualitas buah.
 
Upaya Pengendalian dilakukan dengan melakukan pemangkasan ranting/cabang terserang dan penyemprotan insektisida.
 
 

Hama Penghisap Bunga
Hama pengisap bunga (Diconocoris hewetti) dikenal dengan sebutan nyamuk lada, enduk-enduk, kapal terbang atau fui-khicong di Bangka. Hama pada stadia nimfa maupun dewasa dapat merusak bunga dan tandan bunga. Serangan ringan menyebabkan tandan rusak, salah bentuk, dan buah sedikit. Bila tanaman terserang berat, seluruh bunga akan rusak, tangkai bunga menjadi hitam dan akhirnya bunga gugur sebelum waktunya. Hama ini juga memakan buah muda. Luas serangan hama ini mencapai 21 hektar. Upaya pengendalian banyak dilakukan dengan melakukan penyemprotan insektisida.
 
 
Hama pengisap buah
Hama pengisap buah (Dasynus piperis) dikenal dengan berbagai nama, seperti kepik, kepinding, walang sangit, dan di Bangka disebut semunyung atau bilahu. Hama pada stadium nimfa maupun dewasa mengisap cairan buah. Serangan pada buah muda menyebabkan tandan buah banyak yang kosong, sedangkan pada buah tua mengakibatkan buah hampa, kering, dan gugur. Luas serangan hama ini pada bulan Mei 2012 mencapai 23 hektar. Upaya pengendalian banyak dilakukan dengan melakukan penyemprotan insektisida.
 
 

PENGENDALIAN OPT LADA DI KECAMATAN SUNGAI RAYA
Fluktuasi harga lada yang cukup tajam menyebabkan petani lada tidak dapat membeli sarana produksi. Meksi  demikian, pengendalian  menggunakan pestisida  kimiawi  tetap upaya dominan yang dilakukan oleh petani terutama jika populasi hama atau intensitas serangan penyakit tinggi, diikuti pengendalian secara hayati menggunakan musuh alaminya. Pengendalian terpadu yang dianjurkan meliputi teknik budi daya serta pengendalian secara hayati dan kimiawi.

Penggunaan Pestisida SIntetik
Penggunaan pestisida khususnya insektisida dilakukan berdasarkan sistem monitoring. Petani setidaknya seminggu sekali melakukan pengamatan ke kebun untuk melihat apakah populasi hama dirasakan sudah cukup banyak atau tidak. Dan hasil pengamatan ini menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengendalian menggunakan pestisida kimiawi.
 
 

Beberapa jenis pestisida yang tercatat digunakan oleh petani antara lain adalah sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini

Merk Pestisida
Golongan
OPT
Mipcin
insektisida
Serangga
Sumiate
fungisida
BPB, Ganggang Pirang
Ridomil Gold
fungisida
BPB, Ganggang Pirang, Penyakit Kuning
Darmasan
insektisida
Serangga
Decis
insektisida
Serangga a
Agrifos
fungisida
Ganggang Pirang
Furadan
nematisida
Penyakit kuning
Matador
insektisida
Serangga
Dithane
fungisida
BPB
Matador
insektisida
Serangga
Akodan
insektisida
Serangga
Sidador
insektisida
Serangga
Gramoxone
herbisida
Rumput dan teki
Alika
insektisida
Serangga
Chix
insektisida
Serangga

Pemanfaatan Musuh alami
Secara umum keseimbangan agroekosistem pada pertanaman lada di lokasi pengamatan cukup baik. Hal ini ditandai dengan mudahnya organisme yang berperan sebagai musuh-musuh alami ditemukan di lapangan. Beberapa jenis musuh alami yang ditemukan selama kegiatan antara lain adalah parasitoid telur Dasynus piperis dengan ditemukan telur yang terinfeksi oleh parasitoid, predator laba-laba, serangga hymenoptera yang diduga sebagai parasitoid.
 



 
Teknik Budi Daya
Petani lada di Sungai Raya mengetahui bahwa bahan tanaman yang tidak sehat dapat menjadi sumber inokulum di daerah yang baru. Oleh karena itu, mereka biasanya memilih bahan tanaman sehat. Bila di pembibitan dijumpai bibit dengan gejala kerdil maka bibit dimusnahkan.

Pemeliharaan  tanaman  lada meliputi pemangkasan atau pembuangan sulur  cacing dan sulur gantung. Pembuangan sulur cacing dapat mengurangi infeksi P . capsici dari tanah.

Penyiangan terbatas “bobokor” dilakukan tidak dilakukan secara rutin di sekitar tanaman sebatas kanopi tanaman bahkan sebagian petani malah melakukan penyiangan menyeluruh pada kebunnya sehingga pada lokasi yang endemik penyakit BPB penyebaran penyakit menjadi sangat cepat. Parit keliling dan saluran drainase di kebun dapat mencegah penyebaran patogen dari lahan yang tercemar dan juga untuk mencegah genangan air di dalam kebun.

KESIMPULAN
Beberapa penyakit penting tanaman lada yang ditemukan di Kecamatan Sungai Raya meliputi penyakit busuk pangkal batang, penyakit kuning, penyakit kerdil dan keriting, penyakit ganggang pirang, penyakit sarang laba-laba dan rambut ekor kuda. Adapun hama yang menyerang meliputi penggerek batang, penghisap bunga, dan penghisap buah.
Upaya pengendalian yang dilakukan umumnya berupa pemangkasan dan penggunaan pestisida. Pengendalian hayati belum dilakukan secara optimal karena masih berjalan secara alamiah. Meskipun demikian banyak musuh alami ditemukan di lokasi pengamatan selama kegiatan.
Perbaikan tehnik budidaya perlu dilakukan agar produktivitas tanaman lada dapat lebih dioptimalkan lagi dan kegiatan pengendalian juga dapat ditingkatkan dengan melalui tehnik budidaya yang tepat.
[by EAR: tanpa dicantumkan daftar pustaka]
sumber :
Rismansyah, E. A. 2012. Laporan Fungsional POPT Bulan Juli 2012. BPTP Pontianak. Tidak dipublikasikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar