Salah satu faktor utama yang
dapat menurunkan produksi lada adalah serangan hama. Serangan hama dapat
terjadi sejak tanaman di pembibitan hingga produktif di lapangan. Bagian
tanaman yang diserang antara lain bunga, buah, pucuk, cabang, dan batang. Serangan
pada bagian yang produktif dapat berakibat langsung terhadap kehilangan hasil, sedangkan
serangan pada bagian vegetatif, selain berakibat tidak langsung terhadap
kehilangan hasil dapat pula mengakibatkan kematian tanaman.
Serangan hama lada dengan menunjukkan
gejala serangan pada tangkai lada dimana tangkai bunga lada yang terserang
menjadi berwarna hitam. Warna tangkai yang menghitam ini diduga merupakan
akibat dari serangan hama penghisap bunga lada atau Diconocoris hewetti Dist.,
dimana hama ini menghisap cairan tangkai bunga. Pada serangan yang berat maka
bunga akan menjadi gugur.
Hama penghisap bunga lada atau
disebut juga “kepik renda lada” merupakan salah satu hama utama yang menyerang
pertanaman lada di provinsi Kalimantan Barat dan mudah ditemukan di
sentra-sentra pertanaman lada seperti di kabupaten Pontianak, Sintang,
Bengkayang, Sanggau dan Sambas. Luas serangan oleh hama ini yang dilaporkan
pada tahun 2015 mencapai 281 hektar dengan estimasi kerugian hasil mencapai
78.300.000 rupiah.
HAMA PENGHISAP BUNGA LADA
(DICONORIS HEWETTI)
Serangga ini dikenal dengan nama
geusong atau luai (Aceh), nyamuk lada, enduk-enduk kapal terbang atau fui khi
cong (Bangka), dan kapal terbang (Kalimantan). Sampai saat ini persebaran D.
hewetti di Indonesia dilaporkan di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Bangka.
Serangan D. hewetti pertama kali dilaporkan di Bangka sekitar tahun 1930-an
(Kalshoven, 1981).
Siklus hidup D. hewetti mempunyai
lebih dari satu stadia perkembangan yang berbeda, mulai dari telur, nimfa sampai
imago. Telur diletakkan oleh imago betina satu persatu atau berkelompok. Telur
D. hewetti sangat sulit dilihat karena ukurannya sangat kecil (panjang 0,75 mm
dan lebar 0,2 mm). Nimfa yang baru keluar dari telur berwarna kuning muda,
mirip warna bunga lada, sehingga sulit dilihat. Nimfa hidup pada bunga dan
sekitar bunga dengan mengisap cairan bulir bunga. Bentuk tubuh penuh benjolan
dan sayapnya seperti renda. Nimfa berganti kulit lima kali. Siklus hidup 30 hari, sehingga terjadi 12 generasi dalam satu tahun dengan
asumsi pakan untuk serangga tersebut berlimpah (Rotschild, 1968). Imago kepik
berwarna hitam dan tidak aktif terbang, memiliki ukuran panjang 4 - 6 mm. Imago
lebih banyak diam pada bulir bunga, mudah dilihat dan bila disentuh atau
digoyang menjatuhkan diri seolah-olah mati. Imago dapat hidup antara 1 - 2
bulan.
Gambar : Imago Penghisap Bunga
Lada (D. hewetti)
Perkembangan populasi D. hewetti
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bulir bunga. Apabila tidak tersedia bulir
bunga, kepik dapat bertahan hidup pada buah muda dan pucuk daun muda. Varietas
lada yang berbunga sepanjang tahun seperti Chunuk, mengakibatkan populasi D.
hewetti selalu ada dan meningkatkan populasi, karena selalu tersedia bulir
bunga. Menurut Deciyanto (1988) fluktuasi populasi D. hewetti erat kaitannya
dengan fluktuasi pembunga-an lada. Pembungaan lada dipengaruhi oleh curah
hujan. Puncak populasi kepik D. hewetti di Bangka terjadi antara Oktober sampai
dengan Februari, sedangkan populasi terendah umumnya terjadi pada Juli,
Agustus, dan September.
Hasil penelitian Laba (2005)
menunjukkan bahwa perkembangan D. hewetti dipengaruhi oleh varietas lada.
Secara umum D. hewetti lebih berpotensi sebagai hama pada lada varietas Lampung
Daun Lebar (LDL) dibandingkan dengan Chunuk Hal ini ditunjukkan oleh masa
perkembangan pradewasa yang lebih singkat (13 hari), keperidian yang lebih
banyak (24,5 butir), serta laju pertambahan intrinsik yang lebih tinggi
(0,0827) pada varietas LDL dibandingkan dengan varietas Chunuk.
Nimfa dan imago aktif merusak
perbungaan lada. Biasanya nimfa lebih banyak dijumpai pada bulir bunga yang
sedang mekar. Serangan nimfa dan imago tersebut akan mengakibatkan perubahan
warna bulir bunga dari hijau kekuningan menjadi coklat atau hitam dan kering
sehingga menggagalkan pembuahan. Serangga ini juga menyerang buah yang masih
muda. Gejalanya adalah adanya bintik-bintik berwarna coklat yang berasal dari
cairan ekskresi serangga (Rotschild, 1968; Devasahayam, 2000).
Tingkat kerusakan bulir bunga
dipengaruhi oleh kerapatan populasi hama. Pada saat populasi tinggi, kerusakan
berat, sedangkan pada saat populasi rendah, kerusakan ringan. Setiap individu
serangga dewasa mampu merusak 40,67% bunga pada bulir bunga yang berisi 70 - 75
individu bunga, dalam waktu 24 jam (Deciyanto et al., 1988). Serangan pengisap
bunga di Indonesia menurut Rotschild (1968) dapat menyebabkan kehilangan hasil
20 - 50%, sedangkan di Serawak, Malaysia hama ini menyebabkan kerugian hasil 30
- 50%. Hasil pengamatan Trisawa et al. (1992) di Kecamatan Sungai Raya
(Kalimantan Barat) menunjukkan bahwa kerusakan bulir bunga oleh D. hewetti
mencapai 38,64%. Devasahayam (2000) melaporkan bahwa tingkat serangan pengisap
bunga di Bangka antara 9 - 37%.
TINDAKAN PENGENDALIAN
Tindakan pengendalian dilakukan
dengan 2 cara yaitu secara preventif (pencegahan) dan kuratif (pengendalian).
TINDAKAN PENCEGAHAN
Melakukan pemantauan atau
pengamatan secara rutin/berjadwal merupakan langkah awal menunju tindakan pengendalian.
Kegiatan ini untuk memantau kehadiran
hama dengan mengamati gejala serangan atau stadium hama yang ditemukan. Hasil
pemantauan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan pengendalian hama
Memangkas tiang panjat hidup
untuk mengatur kebutuhan tanaman lada terhadap cahaya matahari (75%) dan
menciptakan lingkungan yang kurang disukai hama. Hama utama lada tidak menyukai
sinar matahari langsung.
Melakukan penyiangan gulma secara
terbatas yaitu hanya di sekeliling pangkal batang. Tidak dianjurkan untuk
melakukan penyiangan bersih, biarkan gulma berbunga tumbuh. Bunga gulma dapat
dijadikan sebagai sumber pakan oleh imago parasitoid, sehingga parasitoid
memiliki kemampuan hidup dan kepiridian yang lebih baik
Menanam varietas unggul yang
kurang cocok untuk perkembangan serangga. Varietas Natar 1 toleran terhadap
penggerek batang. Varietas kerinci diketahui menurunkan tingkat kesuburan
penghisap buah lada. Varietas Lampung Daun Lebar (LDL) lebih sesuai untuk hidup
dan berkembang penghisap bunga dibandingkan dengan varietas chunuk. Varietas
tertentu mungkin toleran terhadap satu jenis hama tetapi tidak toleran terhadap
jenis hama yang lain. Oleh karena itu pemilihan varietas apapun harus diikuti
dengan upaya untuk mengurangi kerusakan dan penurunan produksi tanaman oleh
hama
Memelihara kehadiran musuh alami
dengan cara tidak melakukan penyemprotan insektisida, tidak menyiang bersih,
menanam tanaman berbunga seperti A. pintoi atau menanam tanaman tumpangsari.
Gambar : Tindakan Pengendalian
Secara Kimiawi dengan Penyemprotan
TINDAKAN PENGENDALIAN
- Mengambil secara langsung serangga dewasa baik L. piperis, D. piperis maupun D hewetti yang dijumpai pada setiap tanaman. Serangga L. piperis dan D. piperis peka terhadap sentuhan dan getara. Oleh karena itu mengumpulkan serangga dengan menggoyangkan tanaman. Serangga yang tidak terlihat akan berjatuhan dan dapat ditampung dengan kain yang diletakkan dibawah tajuk. Untuk larva penggerek dapat dilakukan dengan cara memotong ranting atau cabang terse. Bekas bagian tanaman yang dipotong seger adisemprot atau dibasahi dengan insektisida atau minyak/oli untuk mencegah serangga betina meletakkan telur. Nimfa dan imago D. piperis dapat ditangkap langsung dengan tangan atau menggunakan jaring. Nimfa tidak aktif terbang, sering berkumpul di sekitar buah. Imago akan terbang jika terganggu dengan mengeluarkan bau khas seperti walang sangit. Pengendalian secara mekanis/fisik ini dapat juga dilakukan dengan cara mengambil telur-telur D. piperis pada bagian tanaman lada. Telur umumnya diletakkan secara berkelompok di bagian tengah tanaman pada permukaan atas daun.
- Serangga dewasa yang ditangkap dimasukkan ke dalam kantong plastik atau tempat lain kemudian dimusnahkan. Potongan ranting atau cabang dan telur D piperis disimpan dahulu dalam suatu tempat untuk memberi kesempatan musuh alami (parasitoid) keluar. jika yang keluar nimfa atau imago hama segera matikan, sedangkan jika parasitoid yang muncul segera lepas ke lapangan.
- Menyemprotkan cendawan patogen serangga seperti Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae dan Spicaria sp. Cendawan Beauveria bassiana dapat memarikan penggerek batang mencapai 41,67% pada konsentrasi 0,1% dan mematikan D. hewetti mencapai 97,5% pada konsentrasi 10 g/l.
- Menyemprotkan insektisida nabati atau sintetik. Insektisida nabati yang dapat digunakan diantaranya biji mimba, bengkuang dan akar tuba. Pengolahannya dilakukan dengan cara membuat ekstrak sederhana yaitu bahan tanaman tersebut dihancurkan, direndam dalam air selama 1 hari kemudian disaring sampai siap disemprotkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bengkuang 20 g/100 l dan ekstrak biji mimba 5 % efektif terhadapimago penggerek batang, ekstrak mimba (produk pasar) 1 % efektif terhadap penghisap bunga.
- Menggunakan insektisida sintetik sebagai pilihan terakhir antara lain karbofuran 3 G untuk penggerek batang. Insektisida MIPC, BPMC, piretroid, metamidofos, beta siflutrin, ometoat dan fention dapat digunakan untuk mengendalikan pengisap buah. Beberapa insektisida untuk penghisap bunga adalah MIPC, BPMC, piretroid, fenitrotion, metil pirimifos, karbofenotion, permetrin, fention, naled, kartap hidroksida, kuinalfos, endosulfan, fentoat dan karbaril.
- Menggunakan insektisida sintetik haru tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat jenis. Perhatikan segi keamanannya pada saat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
- Dyah Manohara Dan Nurheru. 2007. Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya. Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Vol 29 No 4, 2007. Hal. 5-6
- Iwa Mara Trisawa Dan I Wayan Laba. Hama Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya. Hal 59-70
- I. M. Trisawa Dan I W. Laba. 2006. Keefektifan Beauveria Bassiana Dan Spicaria Sp. Terhadap Kepik Renda Lada Diconocoris Hewetti (Dist.) (Hemiptera: Tingidae). Bul. Littro. Vol. Xvii No. 2, 2006, 99 - 106
- I Wayan Laba, Aunu Rauf, Utomo Kartosuwondo Dan M. Soehardjan. 2008. Fenologi Pembungaan Dan Kelimpahan Populasi Kepik Diconocoris Hewetti (Dist.) (Hemiptera: Tingidae) Pada Pertanaman Lada. Jurnal Littri 14(2), Juni 2008. Hlm. 43 – 53
- Wiratno, Siswanto, Luluk Dan Sondang Suriati. 2011. Efektivitas Beberapa Jenis Tanaman Obat Dan Aromatik Sebagai Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Diconocoris Hewetti Dist (Hemiptera; Tingidae). Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 198 – 204
- I. W. Laba Dan I. M. Trisawa. 2006. Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada. Perspektif Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 86 - 97
- Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan. 2011. Kebijakan Tanggap Ledakan Hama Penting Tanaman Perkebunan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian
Disusun oleh :
Erlan Ardiana Rismansyah
Analisis Hama, Predator dan
Parasitoid Laboratorium Identifikasi OPT
5 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar