Perkembangan pembangunan perkebunan di
wilayah Kalimantan Barat yang semakin luas, diiringi dengan resiko meningkatnya
perkembangan berbagai hama dan penyakit sehingga menjadi kendala di dalam
meningkatkan produksi dan kualitas hasil perkebunan. Salah satu komoditas
perkebunan di Kalimantan Barat yang berkembang dengan pesat adalah kelapa
sawit. Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2010, lahan kelapa sawit di
Kalimantan Barat adalah 750.948 hektar dengan produktivitas mencapai 2.447 kg
per hektar per tahun. Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) kelapa sawit
terjadi sejak dari periode benih, pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM)
hingga tanaman menghasilkan (TM).
Penyakit pada daun merupakan salah
satu penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit pada fase pembibitan.
Penyakit daun bibit sawit dapat disebabkan oleh faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik biasanya terjadi karena faktor genetik sehingga menyebabkan daun
bibit menjadi abnormal seperti munculnya gejala daun kaku, daun tegak, tanaman
menjadi kerdil, bercak jingga dan lain-lain. Selain karena faktor genetis,
penyebab abiotik juga dapat dikarenakan karena perlakuan budidaya yang tidak
tepat seperti terlambat pindah tanam dan jarak tanam yang terlalu rapat. Faktor biotik yang menyebabkan penyakit pada
daun bibit sawit terjadi karena adanya serangan patogen (jamur, bakteri).
Berbeda dengan gejala abiotik, serangan patogen dapat menyebar dari tanaman
sakit ke tanaman sehat disekelilingnya. Ada beberapa patogen penyebab penyakit
daun pada pembibitan kelapa sawit antara lain jamur Curvularia sp, Helminthosporium,
Dhresclera, Melanconium, dan Botrydiplodia. Gejala yang tampak pada tanaman terserang
dapat berupa bercak daun, antraknose, mati akar/layu ataupun terjadinya busuk
daun bibit kelapa sawit. Untuk mengatasi penyakit-penyakit daun ini khususnya
yang disebabkan oleh patogen maka diperlukan upaya-upaya pengendalian secara
khusus.
Untuk keperluan tersebut
dilakukan kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi OPT pada pembibitan kelapa
sawit. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis OPT yang
menyerang pada pembibitan kelapa sawit. Kegiatan ini telah dilakukan di 10 lokasi
di Kalimantan Barat. Pada setiap lokasi dilakukan pengamatan pada minimal 3
kebun pembibitan dan hasil pengamatan kemudian rekapitulasi dan dirata-rata
untuk menunjukkan tingkat serangan di lokasi tersebut. Pada 1 kebun diamati
untuk 100 bibit sampel. Hasil rekapitulasi dan tabulasi data pengamatan dapat
dilihat pada tabel 1 dan grafik 1.
Dari tabel 1 diketahui
bahwa gejala serangan OPT yang menyerang tanaman kelapa sawit pada fase
pembibitan cukup beragam, meliputi serangan oleh penyakit maupun hama tanaman. Kerusakan
tanaman oleh golongan penyakit paling dominan di seluruh pembibitan kelapa
sawit yang diamati, dan selalu ditemukan di semua lokasi pengamatan. Sedangkan
serangan oleh hama disebabkan oleh belalang dan menyebabkan daun tanaman
menjadi berlubang dan rayap yang menyerang pada pangkal batang bibit kelapa
sawit (gambar 1 dan 2). Kedua OPT ini dipertimbangkan tidak menjadi masalah
yang penting karena selain intensitas serangannya rendah, juga tanaman yang
terserang ditemukan bersifat sporadis. Hama rayap biasanya menyerang pada
pembibitan kelapa sawit yang masih terdapat tunggul-tunggul batang kayu. Dan
rayap biasanya akan menyerang batang tunggul kayu hingga lapuk, baru menyerang ke
pembibitan yang ada di sekitarnya.
Penyakit pada daun merupakan salah
satu penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit pada fase pembibitan.
Hasil inventarisasi penyakit pada pembibitan kelapa sawit tahun 2013 diketahui
adanya penyakit daun pada pembibitan sawit baik dikarenakan oleh faktor genetis
maupun karena serangan patogen. Penyakit genetik berupa abnormalitas bibit
ditemukan dalam bentuk bercak jingga, daun kerdil, daun menjadi kaku dan daun
tegak (gambar 2). Tingkat kerusakan bibit karena gejala abnormalitas ini
bervariasi dari 0- 18,5 %. Hasil wawancara dengan bapak Atie, salah seorang
penangkar bibit kelapa sawit di daerah Toho Hilir, diperoleh informasi bahwa rata-rata gejala abnormalitas yang ada
di kebunnya berkisar dari 5-20 %.
Penyakit patogenik yang teramati
menyerang bibit kelapa sawit adalah penyakit pada daun, batang dan busuk
pangkal (dumping off). Penyakit daun bibit kelapa sawit merupakan
penyakit yang dominan pada semua lokasi pengamatan dan memiliki gejala cukup
beragam antara lain bercak dun (leaf spot),
hawar atau busuk daun (leaf blight)
dan antraknos (Antracnose) (gambar 3),
sementara pada batang gejala yang teramati berupa bercak yang diduga patogen
penyebabnya sama dengan yang ada di daun (gambar 4). Penyakit dumping off memiliki gejala bibit
menjadi layu dan diduga selain karena faktor lingkungan (kekurangan air) juga
disebabkan karena serangan patogen pada bagian akar. Hal ini ditunjukkan dengan
busuknya bagian perakaran bibit (gambar 5).
Dari grafik 1
ditunjukkan bahwa berdasarkan gejala serangan, hasil inventarisasi pada semua
lokasi diketahui bahwa OPT yang menyerang tanaman kelapa sawit pada fase
pembibitan didominasi oleh penyakit bercak daun sebesar 45 % kemudian diikuti
dengan penyakit bergejala busuk daun dan antraknose dengan tingkat serangan
sebesar 23 % dan 16 %. Beberapa patogen diketahui merupakan penyebab penyakit-penyakit
pada daun pembibitan kelapa sawit antara lain Helminthosporium, dan Curvularia.
Untuk memastikan patogen penyebab
penyakit, maka dari setiap lokasi pengamatan juga melakukan pengambilan sampel bibit
terserang kemudian diisolasi di laboratorium dan ditumbuhkan dalam media buatan
untuk dilakukan identifikasi patogen yang diduga sebagai penyebabnya dibawah
mikroskop.
Hasil identifikasi sampel daun
diperoleh patogen yang mendominasi adalah jamur Curvularia sp. Selain bercak daun karena patogen Curvularia, hasil identifikasi di
laboratorium juga ditemukan jenis jamur lain yang diduga merupakan patogen lain
yang dapat menyebabkan penyakit pada daun yaitu jamur Pestalotia sp, Melanconium,
Helminthosporium, Colletotrichum dan Botrydipodia
(gambar 6).
Penyakit-penyakit
pada daun ternyata dinilai petani merupakan penyakit yang cukup membahayakan
pembibitan kelapa sawit. Hal ini dibuktikan dengan adanya upaya pengendalian
yang dilakukan selama ini oleh petani dengan melakukan penyemprotan menggunakan
fungisida. Pengandalian penyakit dilakukan rutin minimal 2 minggu sekali. Selain itu isolasi
tanaman terserang dengan memisahkan tanaman yang mempunyai gejala bercak daun
dari kebun pembibitan dan penyiraman tanaman yang rutin juga telah dilaksanakan
oleh penangkar pembibitan kelapa sawit.
Menurut Susanto dkk
(2007) upaya pengendalian yang perlu
dilakukan untuk penyakit pada daun pembibitan kelapa sawit antara lain adalah :
- Melakukan pindah tanam dari pre-nursery ke main nursery tepat pada waktunya (tidak terlambat)
- Melakukan pemupukan berimbang
- Mengatur jarak tanam bibit menjadi 90 x 90 cm
- Mengurangi volume air siraman sementara waktu
- Dianjurkan melakukan penyiraman secara manual menggunakan gembor
- Mengisolasi (memisahkan tanaman sakit dari yang sehat) dan memangkas daun-daun sakit dari bibit bergejala
- Melakukan penyemprotan dengan fungisida captan, thiram atau thibenzol, Dithane, Benlate atau Antracol dengan konsentrasi anjuran dengan interval 7-14 hari
- Memusnahkan tanaman sakit berat dengan dibakar
Kesimpulan
Jenis organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) yang menyerang pada pembibitan kelapa sawit di
Kalimantan Barat terbagi cukup beragam meliputi 3 kelompok yaitu hama, penyakit
patogenik dan penyakit non patogenik (gejala abnormal). Hama yang menyerang pembibitan
kelapa sawit adalah hama belalang dan rayap dengan tingkat serangan sebesar 8%,
sementara penyakit patogenik yang menyerang meliputi penyakit yang menyerang
pada bagian daun, batang dan akar yang disebabkan oleh patogen Phytium sp, Curvularia sp, Helminthosporium sp., Pestalotia
dan Fusarium sp. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia sp merupakan penyakit yang
dominan dan ditemukan diseluruh pembibitan kelapa sawit yang diamati dengan
tingkat serangan sebesar 45 %. Penyakit abnormalitas ditemukan dg tingkat
serangan sebesar 7 % dengan gejala yang ditemukan berupa tanaman kerdil, daun
tegak dan bercak jingga.
disarikan dari
Erlan Ardiana Rismansyah. 2013. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi OPT Pembibitan Kelapa Sawit TA 2013. Pembiayaan DIPA BPTP Pontianak TA 2013. Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak. 34 Halaman. (Tidak Dipublikasikan)
disarikan dari
Erlan Ardiana Rismansyah. 2013. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi OPT Pembibitan Kelapa Sawit TA 2013. Pembiayaan DIPA BPTP Pontianak TA 2013. Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak. 34 Halaman. (Tidak Dipublikasikan)
Very good article Kang
BalasHapus