Minggu, 03 Desember 2017

KUNJUNGAN LAPANGAN PENANGANAN OPT KAKAO DI PULAU SEBATIK, KALIMANTAN UTARA

Sebagai tindak lanjut kunjungan Menteri Pertanian ke Pulau Sebatik, Kalimantan Utara tanggal 23 Oktober 2017 kemarin perihal masih tingginya serangan hama dan penyakit pada komoditas kakao yang notabene merupakan salah satu andalan di pulau tersebut, maka Direktorat Perlindungan Perkebunan bersama BPTP Pontianak melakukan kunjungan lapangan pada tanggal 21-24 November 2017 untuk mengidentifikasi permasalahan OPT pada komoditas kakao di pulau tersebut serta melakukan sosialisasi teknologi perlindungan tanaman kakao terhadap beberapa OPT penting di pulau Sebatik. Dalam kunjungan ini, tim bersama dengan tim dari dinas terkait tingkat provinsi kalimantan utara dan kabupaten nunukan terjun langsung ke kebun kakao yang berada di pulau sebatik untuk melihat dan mengidentifikasikan kondisi serangan OPT kakao penting di tempat tersebut. 

Kegiatan lapangan mengambil tempat di kelompok tani Poliwali Desa Maspul Kecamatan Sebatik tengah kabupaten Nunukan. Dalam kesempatan tersebut, bapak direktur perlindungan perkebunan beserta tim direktorat perlindungan perkebunan dan BPTP Pontianak berkesempatan untuk memberikan gambaran beberapa OPT penting pada tanaman kakao serta tehnik pengendaliannya. Selain itu dilakukan pula penyerahan beberapa alat pengendalian kepada kelompok tani yang hadir pada acara tersebut. Di akhir kegiatan, tim beserta petani/pekebun meninjau kebun kakao dan melakukan diskusi terhadap perkembangan OPT tanaman kakao yang ada di kebun tersebut. 





 Hasil Korespodensi Petani 

Korespondensi dengan Petani Kakao setempat bertujuan untuk mengetahui kronologi budidaya dan kegiatan pengendalian yang telah dilakukan oleh petani setidaknya dalam 1 tahun terakhir. Hasil korespondensi dapat disimpulkan dalam 2 hal yaitu : 

Pada tahun lalu pada awal musim kemarau setelah panen besar, petani melakukan pemangkasan pohon secara besar-besaran sebelum dilakukan pemupukan pertama untuk tahun berikutnya. Akan tetapi pada saat waktu pemupukan tiba, ternyata terjadi kelangkaan pupuk, sehingga tanaman yang sudah dipangkas tidak dapat dipupuk dan tanaman menjadi merana karena kekurangan unsur hara. Hal ini menyebabkan tanaman menjadi rentan, hasil pangkasan tidak cepat memunculkan dahan dan daun baru serta daun yang tersisa menjadi gugur. Sehingga sekilas bila dilihat seperti gejala berat VSD. Pada pengamatan lapangan tidak ditemukan gejala lanjutan dari VSD, bahkan dominasi serangan penyakit lebih banyak terjadi oleh Colletotrichum. 

Upaya pengendalian telah banyak dilakukan oleh petani antara lain : 

  • Pemangkasan secara rutin yang umumnya dilakukan setelah kegiatan panen “besar” 
  • Pemupukan secara rutin, kecuali pada kasus 1 tahun terakhir tidak dilakukan pada tepat waktu dikarenakan kelangkaan pupuk di wilayah Sebatik. Pemupukan biasanya dilakukan pada waktu setelah kegiatan pemangkasan diatas. 
  • Penyarungan, meski tidak dilakukan secara rutin karena terkendala dengan biaya kantong plastic yang cukup mahal di daerah sebatik 
  • Penyemprotan pestisida kimia. Tercatat untuk insektisida banyak digunakan insektisida ALIKA, REGENT dan RUDAL sementara untuk fungisida menggunakan Amistartop 
  • Penggunaan Rorak untuk mengurangi volume air yang berlebihan dan sebagai tempat pembuangan dan penimbunan serasah organik kakao. 
Hasil Kunjungan Lapangan dan Identifikasi OPT 

Dari hasil kunjungan lapangan di kebun kakao petani ditemukan beberapa jenis OPT yang menyerang tanaman kakao yaitu Penyakit Busuk Buah Kakao yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora, Penyakit Mati Ranting dan Antraknose yang diduga disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosprioides, Penyakit VSD yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae (hasil korespondensi dengan petani tetapi tidak ditemukan ketika kunjungan lapangan), Hama Penggerek Buah Kakao yang disebabkan oleh serangga Conophomorpha cramerella, Penghisap Buah Kakao yang disebabkan oleh Helopeltis spp, ulat perusak daun yang disebabkan oleh ulat Hydrosidra talaca, perusak buah oleh binatang pengerat (tikus dan tupai). 


Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa dominasi OPT yang kentara menyerang kebun kakao adalah Penyakit Busuk Buah Kakao, Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback) dan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK). 

Penyakit Busuk Buah Kakao 

Penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora. Penyakit ini menyebabkan buah menjadi busuk dan pada tingkat serangan yang parah menyebabkan buah menjadi busuk dan rusak. Penyakit ini banyak ditemukan di kebun petani, dan umumnya dibiarkan begitu saja menggantung pada pohon hingga busuk menjadi merata pada buah. Buah yang telah busuk biasanya akan gugur dan jatuh ke tanah dan dibiarkan begitu saja tergeletak di permukaan tanah oleh petani. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh petani adalah dengan melakukan pemangkasan dahan, penggunaan fungisida sintetik dan penggunaan agen antagonis Trichoderma dengan cara penyemprotan terhadap buah terserang. Sayangnya, sebagaimana telah diutarakan diatas, buah-buah yang terserang baik yang masih menggantung ataupun yang sudah gugur di permukaan tanah tidak dimusnahkan sehingga inokulum penyakit selalu ada dalam kebun petani. Selain menyebabkan busuk, jamur Phytophthora palmivora juga menyebabkan kanker batang. Dan gejala ini juga ada ditemukan di lokasi kebun. Gejala kanker batang terlihat dalam bentuk adanya bercak-bercak coklat kehitaman pada permukaan batang/cabang kakao yang berbeda secara jelas dengan permukaan batang/cabang kakao yang sehat. Penyakit kanker batang diketahui belum banyak dikendalikan oleh petani selain dengan pemangkasan dahan. 

Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback) 

Dalam literatur, Penyakit VSD merupakan penyakit yang telah lama ditemukan di Pulau Sebatik. Bahkan penemuannya di wilayah Indonesia pertama kali adalah di pulau ini pada tahun 1983. Dengan demikian penyakit ini sudah ada cukup lama di daerah Sebatik. Hasil kunjungan lapangan menunjukkan beberapa tanaman kakao memperlihatkan adanya ranting-ranting yang meranggas dan beberapa daun ke2-3 dari flush ada yang rontok (gejala “ompong”). Meski demikian tidak ditemukan adanya noktah tiga pada pangkal tangkai daun, atau jaringan xylem yang membusuk berwarna coklat pada sampel ranting flush yang diambil sampelnya sebagai salah satu tanda khas dari penyakit ini. Investigasi lebih lanjut dalam bentuk surveilans direkomendasikan untuk dilakukan terhadap penyebaran terkini penyakit tersebut di seluruh kebun di pulau Sebatik. 

Upaya pengendalian penyakit ini umumnya dilakukan dengan cara pemangkasan dahan/ranting terserang dan penyemprotan dengan fungisida sintetik. Jenis fungisida yang dilaporkan digunakan adalah menggunakan fungisida Amistartop yang berbahan Difenokonazol dan Axosistrobin. Fungisida ini bersifat sistemik dan memang dianjurkan untuk pengendalian penyakit VSD. 

Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) 

Hama ini banyak ditemukan di kebun kakao dengan mudah dimana buah dalam kondisi gejala terserang oleh PBK dimana buah masak kuning lebih awal dan dengan warna kuning yang tidak merata. Gejala ini disebabkan oleh larva serangga Conomorpha cramerella. Hama ini termasuk paling penting di Indonesia karena kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan buah menjadi rusak sebagian dan bahkan pada tingkat yang parah menjadi tidak bisa dipanen karena lengket. Upaya pengendalian yang dilakukan oleh petani adalah dengan cara panen sering, pemangkasan, penyarungan dan secara kimiawi menggunakan insektisida kimawi. 



Penyakit Mati Ranting dan Gugur Daun Colletotrichum 

Penyakit ini ditemukan dengan gejala gugur daun dan meninggalkan ranting saja (meranggas) serta daun-daun flush terkena gejala antraknose. Pada daun-daun tua ditemukan bercak-bercak antraknose yang jelas dan pada serangan yang lanjut bercak menjadi berlubang. Pada serangan berat daun akan menjadi gugur. Selama pengamatan di lapangan, penyakit ini ditemukan paling banyak dibandingkan OPT yang lain. Dan penyakit ini berkorelasi dengan kegiatan budidaya dalam waktu setahun terakhir, dimana akibat pemangkasan yang tidak diikuti dengan pemupukan yang tepat waktu menyebabkan tanaman menjadi merana dan rentan terserang oleh penyakit ini. 

 

Gejala Penyakit Antraknose yang ditemukan di lapangan 


KESIMPULAN 

Beberapa OPT yang ditemukan selama kegiatan pengamatan di lapangan adalah Penyakit Busuk Buah, Penyakit Gugur Ranting dan Antraknose, Penyakit VSD, Hama Penggerek Buah Kakao (PBK), Helopeltis, Kerusakan karena binatang Rodent 

Penyakit Mati Ranting dan Antraknose merupakan penyakit yang dominan ditemukan ketika pengamatan dilakukan. Hal ini terjadi karena dipicu oleh keterlambatan pemupukan karena kelangkaan pupuk, setelah dilakukan pemangkasan pasca panen “besar” 

Hama PBK merupakan hama yang paling dominan di kebun kakao kemudian diikuti oleh hama Helopeltis dan penggerek batang 

Upaya pengendalian yang telah sering dilakukan adalah dengan pemangkasan, agen hayati Trichoderma dan penggunaan pestisida sintetik. Penyarungan buah telah dikenal oleh petani setempat tetapi tidak berjalan secara optimal dikarenakan biaya kantong plastik yang mahal di daerah tersebut. 

SARAN 
  • Dinas terkait perlu melakukan kegiatan identifikasi dan pengamatan OPT Kakao di daerah Sebatik untuk mengetahui jenis dan tingkat serangan OPT Kakao di daerah tersebut. Metode Surveilans disarankan untuk digunakan dalam kegiatan tersebut 
  • Sosialisasi pengendalian PBK dengan penyarungan perlu lebih digalakkan di tingkat petani dengan cara penyuluhan dan memperbanyak alat penyarungan dengan mencontoh peralatan penyarungan yang telah diberikan. Terobosan lain yang perlu difikirkan adalah bagaimana mengupayakan agar harga kantong plastik menjadi murah sehingga petani dapat tertarik untuk menggunakan metode penyarungan untuk mengendalikan hama PBK 
  • Pengendalian secara biologis khususnya menggunakan entomopatogen belum banyak dikenal oleh petani sehingga perlu dilakukan penyuluhan oleh dinas terkait 
  • Perlu difikirkan solusi untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk di lapangan, karena hal ini terkait dengan tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan OPT. Pemupukan yang memadai dapat meningkatkan ketahanan tanaman secara nyata terhadap serangan OPT khususnya penyakit VSD, gugur daun dan antraknose serta penggerek batang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar