Senin, 11 September 2017

MONITORING OPT KELAPA DI PARIT DEWANG, DESA TELUK PAKEDAI HULU, KECAMATAN TELUK PAKEDAI, KABUPATEN KUBU RAYA

PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG

Desa Teluk Pakedai Hulu merupakan salah satu sentra komoditas perkebunan kelapa dalam dan hibrida di Kabupaten Kubu Raya dengan luas areal secara statistik mencapai 2700 hektar. Salah satu kendala dalam produktivitas kelapa dalam dan hibrida di daerah tersebut adalah adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan berkurangnya hasil kelapa/kopra dari komoditas tersebut.

Berdasarkan laporan instansi BPP Pertanian Teluk Pakedai (a/n. Bapak Musoleh) pada tanggal 21 Agustus 2017 melalui SMS kepada petugas UPPT Sui Kakap telah terjadi serangan OPT kelapa di daerah Desa Teluk Pakedai Hulu dan meminta untuk dilakukan monitoring serangan OPT tersebut beserta kemungkinan dilakukannya pengendalian.


Menindaklanjuti hal tersebut maka petugas UPPT Sui Kakap (a/n. Julianto) telah melakukan survei awal pengamatan OPT kelapa pada tanggal 4 September 2017 dan langsung dilaporkan ke BPTP Pontianak pada tanggal 7 September 2017 melalui fasilitas Klinik Tanaman BPTP Pontianak dan (Laporan sementara Eksplosi OPT)

Kemudian pada tanggal 8-9 September 2017 dilakukan kunjungan lapangan oleh Analis Laboratorium OPT BPTP Pontianak (Erlan Ardiana R) dan petugas UPPT Sui Kakap untuk mengetahui secara detail tingkat kerusakan di lokasi serangan.

HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan lapangan dilakukan pada tanggal 8-9 September 2017 oleh 2 petugas yaitu Erlan Ardiana R (Analis Laboratorium OPT) dan petugas UPPT Sui Kunyit (Julianto). Kunjungan lapangan dilakukan di lokasi serangan OPT kelapa sesuai dengan laporan dari BPP yaitu di daerah Parit Giwang, Desa Teluk Pakedai Hulu.

Secara topografi, Dusun Parit Dewang merupakan daerah Transmigrasi dengan didiami oleh sekitar 100 KK yang komposisi mencakup 50 % penduduk lokal dan sisanya merupakan penduduk transmigrasi. Dari Kantor Desa Ke lokasi berjarak sekitar 5 km dan bisa dilalui menggunakan sepeda motor atau dengan motor air.

Sebagai daerah transmigrasi, dusun parit giwang merupakan basis pertanian dan perkebunan, dimana sebagian penduduk merupakan petani dan memiliki lahan. Komoditas yang banyak ditanam pada awalnya adalah tanaman kelapa akan tetapi akhir-akhir ini ditanam juga kelapa sawit.

Hasil pengamatan di lapangan dan juga korespondensi dengan petani, terdapat serangan kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) pada kebun-kebun kelapa dan kelapa sawit petani. Gejala serangan ditandai dengan adanya bekas guntingan pada pelepah kelapa dan pada serangan yang berat janur dan titik tumbuh mengalami kematian dan hanya meninggalkan batang-batang yang sudah mati tapi tetap berdiri tegak (gambar serangan terlampir). Hasil wawancara dengan salah satu penduduk yaitu Bapak Sangka dilaporkan bahwa serangan kumbang kelapa sudah terjadi sejak 2 tahun yang lalu (2015) seiring dengan mulai dibukanya lahan hutan untuk dijadikan perkebunan sawit oleh perusahaan swasta. Akibat serangan kumbang tersebut telah menyebabkan matinya tanaman kelapa yang ia miliki dari 9.000 batang kelapa menjadi hanya 3.000 kelapa saja, yang berarti sisanya mati karena terserang kumbang kelapa.





Hasil wawancara lanjutan dengan bapak Rohimat yang merupakan mantan ketua RT setempat dilaporkan bahwa akibat serangan kumbang kelapa tersebut banyak tanaman kelapa yang mati dan penduduk mulai mengganti komoditas tanaman perkebunan menjadi tanaman kelapa sawit. Meski demikian pada saat ini tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun (TBM) banyak mengalami serangan kumbang kelapa juga. Hal ini ditandai dengan adanya pangkal-pangkal pelepah sawit yang terpotong akibat gigitan kumbang kelapa.




Menurut bapak Along sebagai ketua RT saat ini, serangan ini sudah merata pada semua lokasi tanaman perkebunan kelapa dan kelapa sawit, tanpa adanya pengendalian yang memadai dari penduduk dikarenakan kurangnya informasi dan pembinaan dari instansi terkait.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar