Selasa, 04 September 2012

Studi Pendahuluan Perbanyakan Predator cocopet di laboratorium

PENDAHULUAN 

Pengendalian hayati sudah dikenal sebagai metode yang efektif dalam pengendalian hama-hama penting yang menyerang tanaman kelapa (Sathiamma et al., 2001). Beberapa agens hayati hama Brontispa longissima sudah dilaporkan seperti Ooencyrtus podontiae (parasitoid telur), Tetrastichus brontispae (parasitoid larva tua dan pupa) (Tumewan dan Hosang, 1998), Metarhizium anisopliae (Alouw et al., 1993; Soekarjoto et al., 1994; Hosang, 1996; Hosang et al., 1996; Hosang et al., 2005) dan Beauveria bassiana (Hosang et al., 1999). Diantara agens-agens hayati yang sudah dimanfaatkan dalam pengendalian hayati, agens hayati dari jenis predator informasinya masih terbatas.

Predator tidak hanya memangsa satu stadia perkembangan hama namun hampir semua tahap perkembangan hama seperti larva, pupa dan imago dan dapat memangsa secara berkelanjutan selama hidupnya. Jadi predator memiliki keunggulan tertentu yakni tidak membutuhkan sinkronisasi dengan satu tahap rentan dari siklus hidup hama (Hall dan Ehler (1979) dalam Hagen et al., 1999). Berdasarkan suatu studi tentang penggunaan predator, 75 % dari hasil–hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa predator umum (general predator) dapat menurunkan populasi hama secara nyata (Symondson et al., 2002).

Semut dan cocopet antara lain Celisoches morio dilaporkan bisa memangsa Brontispa longissima (Waterhouse dan Norris, 1987; Singh dan Rethinam, 2005), namun informasi tentang ekobiologi predator tersebut masih terbatas. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tehnik perbanyakan massal cocopet di laboratorium.


Perbanyakan Cocopet
Menurut Alouw (2007) perbanyakan cocopet Celisoches morio dapat dimodifikasi dari metode perbanyakan Euborellia anullipes yang dikembangkan oleh Morallo-Rejesus dan Punzalan (2002). Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah campuran pakan ternak anjing buatan dalam bentuk bubuk atau butiran dan tongkol jagung dengan perbandingan 1:1, pasir dan tanah dengan perbandingan 3:1. Wadah pemeliharaan berukuran diameter 14,5 cm dan tinggi 8,5 cm (dapat digunakan berbagai ukuran tergantung kebutuhan) diisi 1/3 volumenya dengan bahan-bahan tersebut. Sebanyak 150 ekor cocopet yang terdiri atas jantan dan betina dengan perbandingan 1:3 dapat diisi dalam satu wadah. Imago jantan yang dihasilkan dari hasil perbanyakan ini digunakan dalam pengujian.

BAHAN DAN METODE
Kegiatan dilaksanakan di laboratorium Hama BPTP Pontianak sedangkan pengumpulan predator dilakukan di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Pontianak. kegiatan berlangsung selama 5 bulan sejak bulan Januari sampai Mei 2012.

Studi Pendahuluan perbanyakan massal predator cocopet dilakukan dengan metode seperti diatas dengan perbedaan berupa pakan makanan predator. Beberapa pakan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah komposisi 

  • tanah pasir bubur jagung manis,
  • tanah pasir pipilan jagung muda,
  • tanah pasir poor ayam,
  • tanah pasir kompos sabut kelapa.
  • tanah pasir kompos 
 
Untuk menjaga kelembaban udara tetap tinggi maka dalam tabung diletakkan kertas tisu basah yang selanjutnya dibasahi setiap hari. Dalam wadah perlakuan juga ditambahkan beberapa serasah daun kelapa kering agar kondisi wadah mendekati kondisi lapangan. Jumlah predator yang digunakan sebanyak 10 ekor predator dan dimasukkan ke dalam wadah perlakuan.

HASIL KEGIATAN

Dari kelima komposisi perbanyakan diatas, cocopet dapat bertahan hidup dan berkembangbiak pada semua komposisi pakan kecuali pada komposisi tanah pasir kompos dan sabut kelapa. Pada komposisi pakan ini cocopet yang diinfestasikan tidak dapat hidup. Kompos sabut kelapa diduga tidak cocok untuk makanan cocopet. Cocopet di kondisi lapangan selain berperan sebagai predator juga berperan sebagai dekomposer dan memakan bahan-bahan organik seperti kompos, jagung, sisa sampah dan lain-lain. 

Persiapan perbanyakan massal cocopet dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


Gambar : persiapan alat dan bahan untuk perbanyakan massal cocopet di laboratorium.

Serasah daun kelapa kering digunakan dalam perbanyakan ini berdasarkan pengalaman dan kegiatan pendahuluan bahwa ternyata predator menyukai kondisi yang agak gelap sehingga biasanya predator di dalam wadah akan banyak bersembunyi disela-sela serasah daun kelapa. Selain itu daun kelapa kering tersebut juga digunakan sebagai tempat menyimpan telur cocopet. Sebaiknya serasa kelapa ini dibasahi setiap 2-3 hari dengan diciprati air bersih.

 
Gambar : Serasah daun kelapa kering dalam wadah perbanyakan massal. Serasah daun kelapa ini berfungsi sebagai tempat bersembunyi dan bertelur cocopet 

Gambar : Predator cocopet di dalam wadah perbanyakan dengan pakan tanah pasir dan poor ayam.


Gambar : Telur cocopet

Telur cocopet lebih banyak diletakkan diantara lipatan serasah daun kelapa dibandingkan diletakkan diatas tanah. Telur diletakkan secara berkelompok dan biasanya akan dijaga oleh induk betinanya hingga menetas. Telur berwarna putih transparan. Bila mendapatkan gangguan maka induk betina akan memindahkan telur-telur tersebut ke tempat yang lebih aman.

Nimfa cocopet terlihat seperti dengan fase dewasanya tetapi berukuran lebih kecil dan sayapnya. Nimfa berganti kulit beberapa kali.  Nimfa banyak bersembunyi di lipatan daun dan ditanah.

Gambar : nimfa cocopet yang baru menetas 

 
Gambar Fase Nimfa dalam periode perbanyakan banyak bersembunyi di dalam serasah daun kelapa atau pada pori-pori tanah.


Gambar : Hasil perbanyakan cocopet setelah 2 bulan

PEMBAHASAN

Cocopet dapat diperbanyak menggunakan media campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1. Makanan untuk cocopet dapat menggunakan bahan-bahan organik, kompos, dan sisa-sisa sampah. Hal ini dikarenakan di kondisi lapangan cocopet merupakan juga pemakan bahan organik dan sisa sampah. Dalam kegiatan ini jagung baik dalam bentuk pipilan, bubur jagung manis ataupun poor makanan ayam. Makanan diganti atau ditambahkan setiap 2-3 hari sekali.

Sebagai suplemen dalam perbanyakan massal ini pada setiap wadah perbanyakan ditambahkan serasah daun kelapa kering sebagai tempat persembunyian cocopet (karena cocopet cenderung merupakan binatang yang tidak menyukai cahaya terang), dan sebagai tempat meletakkan telurnya. 

Tisu bassah ditambahkan ke dalam wadah perbanyakan untuk menjaga kelembaban udara tetap tinggi.  

Wadah keler plastik digunakan sebagai wadah perbanyakan yang praktis dan tutup wadah perlu dibuat lubang dengan diberi kain kasa agar cocopet mendapatkan udara tetapi tidak dapat keluar dari wadah.  Wadah sebaiknya disimpan pada kondisi agak gelap dan tidak terkena cahaya langsung.

KENDALA DALAM PERBANYAKAN 

Dalam kegiatan perbanyakan ini kendala yang ditemui adalah 

  • Tungau kelapa. Tungau kelapa ini merupakan kendala yang serius dalam perbanyakan cocopet. Seiring dengan penambahan serasah daun kelapa yang tidak steril sehingga populasi tungau menjadi sangat banyak dalam wadah perbanyakan. Populasi tungau kelapa ini mengganggu dalam hal meusak kualitas makanan cocopet.  Sebagai solusinya, serasah daun kelapa perlu disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
  • Cendawan kontaminan. Cendawan kontaminan dapat menjadi kendala utama dalam perbanyakan apabila pemberian air terlalu banyak sehingga kelembaban udara menjadi tinggi. Solusinya adalah wadah perbanyakan jangan terlalu kecil dan aerasi udara diupayakan dalam kondisi mengalir lancar.
  • Kendala lain adalah perlunya kontinuitas pemberian makanan sehingga jumlah makanan dalam kondisi mencukupi. Hal ini disebabkan apabila kondisi makanan kurang maka predator dewasa akan menjadi bersifat kanibal dan memakan stadium mudanya.


 
Gambar : Jamur kontaminan yang menyebabkan gagalnya perbanyakan massal

KESIMPULAN

Beberapa pakan alternatif dapat digunakan dalam perbanyakan massal secara sederhana di tingkat laboratorium antara lain adalah poor ayam, bubur jagung manis dan pipilan jagung muda. Beberapa kendala dalam perbanyakan massal cocopet adalah adanya kontaminan jamur, tungau dan sifat kanibalisme dari stadium dewasa ketika jumlah makanan tidak mencukupi. Metode perbanyakan masal perlu dikaji lebih lanjut untuk mengatasi kendala-kendala diatas.

Sumber 
Rismansyah, E. A. 2012. Laporan Fungsional POPT Bulan Mei 2012. BPTP Pontianak. Tidak dipublikasikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar