Selasa, 05 Juni 2012

Pengembangan Tehnik Pengamatan Hama Penggerek Buah Kakao, Penyakit Busuk Buah Dan Penyakit Vascular Streak Dieback Di Sentra Produksi Kakao Provinsi Kalimantan Barat

ABSTRAK


Erlan Ardiana Rismansyah, Hithman Sitorus, S. P., Suadin S. P., Ellyazar S. P., dan Sri Umiyati. 2012. Pengembangan Tehnik Pengamatan Hama Penggerek Buah Kakao, Penyakit Busuk Buah Dan Penyakit Vascular Streak Dieback Di Sentra Produksi Kakao Provinsi Kalimantan Barat. Di bawah koordinasi Kegiatan Kepala Seksi Data dan Informasi

 Gambar : Beberapa OPT Kakao di Kalimantan Barat

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting di Indonesia. Meski berpotensi besar, produktivitas kakao di Indonesia masih terbentur oleh berbagai macam kendala antara lain adanya gangguan dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) penting yang menyerang tanaman kakao yaitu Hama Penggerek Buah Kakao (PBK), Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) dan penyakit Busuk buah Kakao (BBK).

Pengamatan dalam PHT sangat penting dalam rangka pengambilan keputusan. Karena luasnya areal perkebunan dan terbatasnya sumberdaya, metode pengamatan perlu dikembangkan agar lebih efisien (waktu, tenaga dan biaya). Metode Surveilan adalah salah satu metode pengamatan yang perlu dikaji penerapannya di lapangan.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui perbandingan data hasil pengamatan dengan metode surveilans dan dengan metode konvensional pada hama PBK dan penyakit Busuk Buah serta mendeteksi keberadaan penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) pada sentra kakao di Kalimantan Barat


Kegiatan dilaksanakan di kebun kakao pada 9 kecamatan yang terdapat di 6 kabupaten di Kalimantan Barat. Pengamatan Hama PBK dilakukan menghitung persentase dan intensitas serangan PBK dari 100 buah sampel yang diambil dari masing-masing kebun sampel. Pengamatan penyakit busuk buah dilakukan dengan mengamati dan menghitung gejala busuk buah yang ada di pohon sampel dan dipersentase dibandingkan dengan jumlah semua buah pada pohon sampel. Sementara pengamatan penyakit VSD dilakukan dengan mengamati gejala yang dapat dilihat pada setiap pohon contoh. Untuk masing-masing pohon sampel diamati gejala penyakit meliputi gejala perubahan warna daun, adanya noktah warna coklat pada bekas duduk daun dan garis coklat pada jaringan kayu ranting/cabang/batang, serta adanya perubahan lentisel pada permukaan ranting.

Jumlah pohon contoh yang digunakan untuk pengamatan penyakit BBK dan VSD sebanyak 25 pohon kakao. 

Hasil kegiatan menunjukkan Hama Penggerek Buah Kakao dan Penyakit Busuk Buah merupakan 2 OPT utama yang menyerang tanaman kakao di provinsi Kalimantan Barat. Persentase serangan kedua OPT tersebut masing-masing berkisar antara 2,9 % sampai dengan 88 % dan 12-95 %.

Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae telah menyerang beberapa lokasi kakao di provinsi Kalimantan Barat antara lain di Kabupaten Pontianak, Sanggau dan Landak dengan persentase serangan berkisar antara 2 – 25,7%.

Data luas serangan OPT hasil pengamatan dengan metode surveilans cenderung lebih besar dibanding data hasil pengamatan konvensional karena pengambilan petak pengamatan surveilans dilakukan pada wilayah/lokasi yang merupakan kantong-kantong serangan OPT bersangkutan, sedang dengan pengamatan konvensional dilakukan pada kebun sampel tetap tanpa memasukkan pertimbangan tingkat serangan OPT tersebut.

Metode surveilens lebih tepat digunakan untuk tujuan tertentu seperti mengetahui keberadaan OPT tertentu di wilayah tertentu. Dengan teknik surveilens, keberadaan OPT bisa diketahui secara cepat, tepat dan efisien. Pengamatan dengan metode surveilens lebih mudah dilakukan karena jumlah sampel yang dibutuhkan lebih sedikit dan metode pengamatannya yang lebih mudah

Sedangkan untuk mengetahui perkembangan OPT secara rutin di tiap kecamatan dan daerah, lebih disarankan untuk melakukan pengamatan secara rutin / pengamatan biasa. Karena pengamatan OPT dilakukan secara rutin dan lebih teliti setiap bulan sehingga perkembangan OPT yang ada di tiap daerah bisa diketahui. Perkembangan OPT tersebut kemudian dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan pengendalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar